Senin, 29 Desember 2014

Makalah Perubahan Sosial Budaya

BAB I
PENDAHULUAN
1.1`      Latar Belakang
            Perubahan dan dinamika merupakan suatu ciri yang sangat hakiki dalam masyarakat dan kebudayaan.  Adalah suatu fakta yang tak terbantahkan, bahwa “perubahan” merupakan suatu penomena yang selalu mewarnai perjalanan sejarah setiap masyarakat dan kebudayaannya. Tidak ada suatu masyarakatpun yang statis dalam arti yang absolut. Masyarakat dan kebudayaan Bali bukanlah suatu perkecualian dalam hali ini. dengan lain perkataan, Bali selalu mengalami perubahan dari masa ke masa, bahkan dari hari ke hari. Perubahan masyarakat dan kebudayaan Bali – sebagaimana juga halnya dengan daerah lain – sangat dipengaruhi  oleh berbagai faktor, baik merupakan faktor internal (dinamika kebudayaan Bali sendiri)  maupun faktor eksternal (pengaruh kebudayaan luar) , baik faktor sosekbud maupun faktor faktor alam fisik dan demografis. Sebagaimana diramalkan oleh Covarrubias, kini terbukti bahwa perkembangan kepariwisataan telah membawa energi dobrak yang sangat dahsyat sehingga menyebabkan perubahan-perubahan yang sangat struktural bagi masyarakat dan kebudayaan Bali.
Masalah perubahan sosial dan budaya memang telah sejak lama menjadi topik yang menggiurkan para ahli sosiologi dan antropologi, dengan berbagai pendekatan dan teori yang dikembangkan. Hampir setiap buku teks pengantar sosiologi dan antropologi akan mengetengahkan topik ini, dengan berbagai aliran mulai dari zamannya August Komte, Emile Durkheim, Levi-Strauss, Malinowski, Radcliff Brown, Max Weber, Talcott Parsons, Pitirim Sorokim, Clifford Geertz, samapai pada Anthony Giddens, Derride, Michel Foucault dan aliran post-modernisme. Dalam hal ini, berdasarkan kajian yang telah ada, pendapat para pakar dapat dikelompokkan atas (1) kelompok pesimistis di satu pihak, dan (2) kelompok optimistis pihak lain. Sebagaimana biasa dari dua kutub yang saling bertentangan, ada juga kelompok yang berdiri diantara keduanya, yaitu (3) kelompok moderat. Kelompok yang pesimistis mengatakan bahwa kebudayaan Bali telah meluntur, telah meleleh, larut dalam budaya Barat, dan manusia Bali telah kehilangan kebaliannya, sementara kelompok yang optimistis mengatakan bahwa kebudayaan Bali tetap lestari,  bahkan mengalami revitalisasi atau renaisanse, karena kebudayaan Bali mempunyai daya lentur yang tinggi, fleksibel dan mampu mengadaptasi keudayaan asing tanpa kehilangan cirinya sendiri. Selanjutnya kelompok moderat mengakui adanya beberapa perubahan struktural dalam masyarakat Bali, tetapi hal-hal yang mendasar sebagai esensi kebudayaan Bali masih tetap kuat tumbuh, berakar dan berkembang subur.
Sesungguhnya kecemasan dan kekhawatiran terhadap posisi dan kelesatrian kebudayaan Bali dan manusia Balinya telah ada sejak beberapa puluh tahun yang lalu. Diantara yang cemas dan khawatir akan kebudayaan Bali yang berubah bukan saja datang dari kalangan masyarakat Bali, tetapi juga-bahkan lebih- datang dari orang-orang barat sebab mereka lebih dahulu mengalaminya. Namun didalam dada manusia Bali dan di dalam perasaan serta hati nurani mereka masih tersedia keyakinan tebal dan pengharapan yang sangat kokoh untuk tetap melestarikan kebudayaan Bali, di samping kebudayaan Bali dibiarkan secara terbuka untuk berubah. Tema-tema continuity and change nampaknya masih kokoh. Biarkan kebudayaan Bali berubah, namun kebudayaan Bali akan tetap lestari.








1.2       Rumusan Masalah
                        Dari Latar Belakang diatas dapat ditarik beberapa rumusan masalah sebagai berikut :
1.      Bagaimana kebudayaan Bali dilihat dari unsur-unsur kebudayaan?
2.      Bagaimana wujud kebudayaan Bali?
3.      Aspek apa yang berubah dalam kebudayaan Bali?
4.      Apa yang menyebabkan berubahnya aspek dalam kebudayaan Bali??
1.3       Tujuan
                        Dari rumusan masalah yang saya dapatkan maka saya dapat menyimpulkan tujuan dari penyusunan makalah ini adalah sebagai berikut:
1.      Untuk mengetahui kebudayaan Bali dilihat dari unsur-unsur kebudayaannya
2.      Untuk mengetahui wujud kebudayaan Bali
3.      Untuk mengetahui aspek-aspek yang berubah dalam kebudayaan Bali dan
4.      Untuk mengetahui penyebab berubahnya aspek dalam kebudayaan Bali









BAB II
PEMBAHASAN

2.1       Kebudayaan Bali dilihat dari unsur-unsur Kebudayaan
Kebudayaan sangat erat hubungannya dengan masyarakat. Melville J. Herskovits dan Bronislaw Malinowski mengemukakan bahwa segala sesuatu yang terdapat dalam masyarakat ditentukan oleh kebudayaan yang dimiliki oleh masyarakat itu sendiri. Istilah untuk pendapat itu adalah Cultural-Determinism. Herskovits memandang kebudayaan sebagai sesuatu yang turun temurun dari satu generasi ke generasi yang lain, yang kemudian disebut sebagai superorganic. Menurut Andreas Eppink, kebudayaan mengandung keseluruhan pengertian nilai sosial,norma sosial, ilmu pengetahuan serta keseluruhan struktur-struktur sosial, religius, dan lain-lain, tambahan lagi segala pernyataan intelektual dan artistik yang menjadi ciri khas suatu masyarakat. Menurut Edward Burnett Tylor, kebudayaan merupakan keseluruhan yang kompleks, yang di dalamnya terkandung pengetahuan, kepercayaan, kesenian, moral, hukum, adat istiadat, dan kemampuan-kemampuan lain yang didapat seseorang sebagai anggota masyarakat. Menurut Selo Soemardjan dan Soelaiman Soemardi, kebudayaan adalah sarana hasil karya, rasa, dan cipta masyarakat. Dari berbagai definisi tersebut, dapat diperoleh pengertian mengenai kebudayaan adalah sesuatu yang akan memengaruhi tingkat pengetahuan dan meliputi sistem ide atau gagasan yang terdapat dalam pikiran manusia, sehingga dalam kehidupan sehari-hari, kebudayaan itu bersifat abstrak.
Ada beberapa pendapat ahli yang mengemukakan mengenai komponen atau unsur kebudayaan, antara lain sebagai berikut yang pertama pendapat dari  Melville J. Herskovits menyebutkan kebudayaan memiliki 4 unsur pokok yaitu alat-alat teknologi, sistem ekonomi, keluarga, kekuasaan politik. Selanjutnya pendapat dari Bronislaw Malinowski mengatakan ada 4 unsur pokok yang meliputi sistem norma sosial yang memungkinkan kerja sama antara para anggota masyarakat untuk menyesuaikan diri dengan alam sekelilingnya, organisasi ekonomi, alat-alat dan lembaga-lembaga atau petugas-petugas untuk pendidikan (keluarga adalah lembaga pendidikan utama), organisasi kekuatan (politik) dan yang terkhir pendapat dari C. Kluckhohn mengemukakan ada 7 unsur kebudayaan secara universal (universal categories of culture) yaitu bahasa, sistem pengetahuan, sistem tekhnologi dan peralatan, sistem kesenian, sistem mata pencarian hidup, sistem religi, sistem kekerabatan dan organisasi kemasyarakatan.
                        Uraian mengenai tujuh unsur kebudayaan yang bersifat universal dapat dijelaskan sebagai berikut :
1.      Bahasa
Bahasa menurut Ensiklopedi Nasional Indonesia adalah suatu sistem tanda bunyi yang secara sukarela dipergunakan oleh anggota kelompok sosial untuk bekerja sama, berkomunikasi dan mengidentifikasi diri. Adapun menurut ilmu antropologi, bahasa merupakan sistem perlambangan manusia, baik lisan maupun yang tertulis untuk berkomunikasi satu sama lain. Dalam etnografi bahasa merupakan ciri-ciri terpenting yang diucapkan oleh setiap suku bangsa disertai variasi-variasi dari bahsa yang bersangkutan. Bahasa yang berkembang di dunia terdapat bermacam-macam, walaupun terdapat kemiripan dan persamaan kata dalam tiap jenis bahasa tersebut. Di dunia ini terdapat lebih dari 1000 bahasa yang berkembang dan digunakan oleh umat manusia. Sejumlah manusia yang memiiki ciri-ciri ras yang sama, belum tentu memiliki bahasa yang sama. Bahasa-bahasa yang ada di dunia dapat digolongkan kedalam beberapa induk bahasa. Ciri-ciri menonjol dari satu suku bangsa dapat diklasifikasikan berdasarkan beberapa rumpun, subrumpun , keluarga dan sub keluarga. Hal ini dapat dilihat dari fonetik, fonologi, sintaksis dan semantik yang diambil dari bahan ucapan (kosakata) yang dipergunakan sehari-hari masyarakat pendukung ras/suku bangsa tersebut. Bahasa yang digunakan oleh masyarakat bali tentunya beda dengan masyarakat yang ada di tempat lain meskipun ada kemiripan sedikit. Bahasa yang digunakan masyarakat bali adalah bahasa bali, bahasa bali ini dapat dibedakan berdasarkan kepada siapa orang bali berbicara.
2.      Sistem Peralatan Hidup (Teknologi)
Koentjaraningrat mengemukakan bahwa teknologi adalah mengenai cara manusia membuat, memakai dan memelihara seluruh peralatannya, bahkan mengenai cara manusia bertindak dalam keseluruhan hidupnya. Teknologi lahir ketika manusia mencari dan memenuhi kebutuhan sehari-hari, ketika manusia mengorganisasikan masyarakat, serta ketika manusia mengekspresikan rasa keindahan dalam membuat suatu karya seni. Teknologi tradisional pada masyarakat yang berpindah-pindah dan masyarakat desa yang hidup dari pertanian, menurut Kontjaraningrat paling sedikit memiliki delapan macam sistem peralatan. Sistem peralatan hidup dapat juga dilihat di Bali yaitu sebagai berikut:
a.       alat-alat produksi
Alat-alat produksi adalah alat-alat yang digunakan dalam suatu pekerjaan, misalkan alat yang digunakan oleh masyarakat Bali untuk menumbuk padi pada zaman dulu dan sekarang tentulah berbeda.
b.      Senjata
Masyarakat bali pada zaman dahulu tentunya memiliki senjata untuk mempertahankan diri atau membela dirinya pada zaman kerajaan, senjata masyarakat bali biasanya keris ataupun tombak namun seiring dengan perkembangan zaman senjata seperti itu sudah jarang digunakan karena sudah digantikan dengan enjata yang lebih modern misalnya pistol.
c.       wadah
d.      alat untuk menyalakan api
e.       makanan dan minuman
Setiap wilayah yang ada di Indonesia pasti memiliki makanan khasnya daerah tersebut, di Bali makanan yang sangat khas ada di Bali misalnya lawar, serombotan dan masih banyak lagi yang lainnya
f.       bahan pembangkit gairah dan jamu-jamuan
g.      pakain
Seluruh wilayah di Indonesia memiliki pakaian tradisionalnya, begitu juga di bali, pada zaman bali tempo dulu masyarakat bali pada umumnya hanya mengenakan kamen yang digunakan sebagai pakaian. Pakaian adat Bali berbeda antara yang dipakai oleh laki-laki dan perempuan dan pakaian adat Bali  pada saat ini dapat dibedakan menjadi tiga yaitu :
ü  Pakaian adat untuk upacara keagamaan
ü  Pakaian adat untuk upacara pernikahan
ü  Pakaian adat untuk aktivitas sehari-hari
Pemakaian sanggul ke pura oleh remaja putri. Mereka memakai sanggul atau pusung gonjer sedangkan untuk perempuan dewasa (sudah menikah) menggunakan sanggul sedangkan untuk laki-laki Bali selain menggunakan kain sebagai pakaian adat Bali. Mereka juga memakai kampuh gelagan atau dodot yang dipakai hingga menutupi dada.
h.      perhiasan
i.        tempat perlindungan atau rumah
Bali merupakan sebuah tempat yang sangat indah alamnya selain itu juga bali sangat unuk karena rumah adat yang dimilikinya. Ada sejarah, filosofi, makna dan fungsi mendalam dari sebuah rumah adat.  Rumah adat Bali dibangun berdasarkan kosala-kosali. Gambaran umum dari arsitektur rumah bali biasanya banyak dihiasi dengan peralatan, ukiran dan pewarnaan yang khas. Semua detail tersebut memiliki makna yang tersimpan. Selain untuk memepercantik, biasanya tambahan tersebut ditujukan untuk ritual tertentu. Jika dilihat dari dari sisi geografis, ada dua jenis rumah bali yaitu rumah bali yang ada di dataran tinggi dan rumah adat bali yang ada di dataran rendah. Rumah adat bali yang ada di dataran tinggi pada umumnya berukuran kecil dan memiliki ventilasi yang sedikit, beratap rendah, ini dimaksud untuk menjaga suhu agar tetap hangat selain itu juga pekarangan rumah juga sempit karena kontur tanah yang tidak rata dan aktivitas sehari-hari kebanyakan di dalam rumah. Rumah adat bali yang ada di daerah dataran rendah pada umumnya memiliki ciri sebaliknya
j.        alat transportasi.

3.      Sistem Mata Pencaharian
Secara umum para ahli antropologi memusatkan perhatiannya pada sistem mata pencaharian. Hal ini terbatas pada sistem yang bersifat tradisional karena perhatian antropologi adalah pada kebudayaan suatu suku bangsa. Sistem mata pencaharian tersebut diantaranya :
a.       Beternak
b.      Bercocok tanam
c.       Menangkap ikan
d.      Pengrajin
e.       Pedagang
f.       Pegawai
Masyarakat bali pada zaman dulu dalam sistem mata pencahariannya sebagaian besar sebagai petani ini didukung oleh keadaan geografis Bali sangat subur dan sangat cocok ditanam tanaman apa saja karena tanaman tersebut akan mampu tumbuh dengan subur, tidak hanya di daerah persawahan di daerah perkebunan tanaman yang ditanam akan mampu tumbuh subur ini juga di dukung oleh sistem pertanian bali yang sering dikenal dengan sistem subak. Selain menjadi petani masyarakat Bali juga sebagai pengrajin dan menghasilkan barang-barang seni, barang-barang seni ini dapat berupa anyaman, patung, ukiran dan lukisan  yang nantinya dapat dijual kepada para wisatawan asing yang berkunjung ke Bali, tempat yang dinak sebagai pusat seni di Bali pada saat ini adalah di Ubud, karena tempat ini merupakan tempat yang paling banyak menghasilkan seni.
4.      Organisasi Sosial
Kehidupan bermasyarakat diatur dan diorganisasi oleh adat istiadat beserta aturan-aturan mengenai bermacam-macam kesatuan dalam lingkungan hidup dan bergaul. Kesatuan sosial yang paling dekat adalah kekerabatan dan kesatuan-kesatuan diluar kerabat, tetapi masih dalam lingkungan komunitas. Pada masyarakat tradisional, sistem kekerabatan berpengaruh besar dan sangat mengikat diantara mereka. Seiring dengan perkembangan zaman, fungsi kesatuan kekerabatan biasanya mulai berkurang dan agak longgar. Walaupun demikian, masih banyak suku-suku bangsa di dunia yang masih memegangnya, seperti di daerah-daerah yang berkebudayaan agraris misalnya di Bali.  Para ahli antropologi telah banyak meneliti mengenai macam-macam sistem kekerabatan, organisasi masyarakat komunitas desa, serta komunitas kecil dan penggolongan masyarakat atau pelapisan sosial. Menurut L. H. Morgan, macam-macam sistem kekerabatan didunia erat kaitannya dengan sistem istilah kekerabatan. Susunan masyarakat berdasarkan kekerabatan dapat dibedakan menjadi beberapa kelompok, yaitu sebagai berikut :
a.       Garis Keturunan Bapak (Patrilineal)
b.      Garis Keturunan Ibu (Matrilinial)
c.       Garis Parental
d.      Doubleunilateral
e.       Alternered
Dasar-dasar pokok sistem sosial kemasyarakatan orang Bali menurut Geria (2006:63) bertumpu pada empat landasan utama, yaitu kekerabatan, wilayah, agraris dan kepentingan khusus. Ikatan kekerabatan telah membentuk sistem kekerabatan dan kelompok-kelompok kekerabatan. Sistem kekerabatan masyarakat Bali umumnya berlandaskan prinsip Patrilineal. Kelompok-kelompok kekerabatan merentang dari unit kecil, yaitu keluarga inti, meluas keunit menengah keluarga luas, sampai dengan klan patrilineal. Ikatan kesatuan wilayah terwujud dalam bentuk komunitas desa adat dengan sub sistemnya banjar-banjar. Dalam bidang kehidupan agraris berkembang organisasi subak. Selanjutnya, dalam ikatan-ikatan kelompok kepentingan khusus terwujud sebagai organisasi sekaa.
5.      Sistem Pengetahuan
Sistem pengetahuan yang dimaksud dalam kebudayaan adalah merupakan uraian dari cabang-cabang pengetahuan. Setiap suku bangsa biasanya mengetahui pengetahuan berdasarkan pokok kajiannya sebagai berikut :
a.       Alam Sekitar
b.      Tumbuhan
c.       Binatang
d.      Tubuh Manusia
e.       Sifat dan Tingkah Laku Manusia
f.       Ruang dan Waktu
Sistem pengetahuan yang berkembang di Bali sangatlah memiliki perjalanan yang sangat panjang mulai dari pada zaman kerajaan sampai masa saat ini. Perkembangan ilmu pengetahuan di Bali erat kaitanya perjalanan Mpu dan para Rsi yag datang ke Bali dalam menyebarkan agama Hindu, ajaran-ajaran dan ilmu pengetahuan yang dimulai dengan dibangunnya sebuah pesraman. Dalam perkembangan ilmu pengetahuan saat ini dan mengalami pengaruh dari luar, pengetahuan di Bali sudah sangat berkembang tanpa menghilangkan kebudayaan asli bali misalkan pesraman yang merupakan tempat belajar bagi masyarakat pada saat dulu masih dijaga dengan baik sampai saat ini.
6.      Sistem Religi
Religi biasanya disamakan dengan agama. Menurut Ensiklopedi Nasional Indonesia, agama adalah aturan/ tata cara hidup manusia dalam hubungannya dengan Tuhan dan sesamanya. Agama mencakup tata tertib upacara sebagai tata cara untuk langsung berhubungan dengan Tuhan. Agama juga disebut sebagai pedoman hidup umat manusia, pedoman bagaimana dia harus berpikir, bertingkah laku dan bertindak sehingga tercipta suatu hubungan serasi antara manusia dan hubungan erat dengan Tuhan. Dalam kaitannya dengan kebudayaan, sistem religi memiliki tiga unsur, yaitu sebagi berikut :
a.       Sistem Keyakinan
Sistem keyakinan secara khusus mengandung banyak sub-unsur. Para ahli antropologi menaruh perhatian kepada para dewa, sifat dan tanda-tanda dewa, konsepsi tentang makhluk halus, konsepsi tentang dewa tertinggi dan penciptaan alam semesta, kosmologi, konsepsi tentang hidup dan mati, serta konsepsi tentang dunia roh dan akhirat
b.      Sistem Upacara Keagaman
Dalam sistem upacara keagamaan, para ahli antropologi menekankan pada empat aspek. Pertama, tempat upacara keagamaan dilakukan seperti makam, candi, pura, kuil, gereja dan masjid. Kedua, saat-saat upacara keagamaan, Ketiga, benda0benda yang digunakan dalam upacara seperti patung-patung dewa dan alat bunyi-bunyian, Keempat, Para pelaku upacara keagamaan
c.       Suatu Umat yang Menganut Religi
Secara khusus unsur ini meliputi masalah-masalah pengikut suatu agama, hubungan antar pemeluk agama, hubungan dengan pemimpin agama dan organisasi para penganut, kewajiban, serta hak-hak penganutnya.
Perkembangan sistem religi di Bali sudah dimulai pada saman kerajaan-kerajaan di Bali, pada umumnya masyarakat bali merupakan masyarakat yang mayoritas beragama Hindu namun tidak menutup kemungkinan lain bahwa  dari sejak dulu di Bali sudah bekembang agama lain seperti agam Islam dan seiring dengan perkembangan zaman di Bali mulai muncul berbagai kepercayaan atau agama yang masuk ke Bali seperti agama Kristen.

7.      Kesenian
Kesenian adalah suatu ekspresi manusia akan keindahan dengan latar belakang tradisi atau sistem budaya masyarakat pemilik karya seni tersebut. Dalam karya seni tersirat pesan dari masyarakatnya yang berupa pengetahuan, gagasan, kepercayaan, nilai dan norma. Menurut Koentjaraningrat, berdasarkan jenisnya kesenian dibagi menjadi dua yaitu sebagai berikut
a.       Seni rupa, yaitu kesenian yang dinikmati manusia dengan mata. Seni yang termasuk dalam seni rupa adalah seni patung, seni ukir dan seni lukis
b.      Seni suara, yaitu kesenian yang dinikmati oleh manusia dengan telinga. Seni yang termasuk dalam seni suara adalah seni vokal, seni instrumental dan seni sastra.
Selain memiliki fungsi sebagai ekspresi dari hasrat manusia akan keindahan, kelompok kecil kesenian juga memiliki fungsi sosial. Misalnya, dalam pemujaan terhadap dewa yang berperan dalam kehidupan mereka dan roh nenek moyang. Dengan demikian, antara kesenian dan religi terdapat suatu hubungan, misalnya dalam upacara pemujaan terhadap arwah nenek moyang atau para dewa biasanya digunakan alat-alat musik untuk menciptakan harmoni yang indah dan digambarkan dalam gerak tarian-tarian yang indah.
Pulau Bali merupakan pulau yang sangat kaya akan nilai seni, mulai dari seni tarian, seni musik, seni ukiran dan seni arsitektur yang dapat dikelompokkan sebagai berikut :
Seni Tari : Seni tarian tradisional Bali ini memiliki khas yang berbeda dengan tari tradisional wilayah lainya di Indonesia. Berikut tari Tradisional Bali yang Populer :
ü  Tari Baris Tunggal    : Merupakan satu tarian yang sakral yang digunakan sebagai pelengkap dalam upacara keagaman Hindu di Bali.
ü  Tari Barong              : Merupakan tarian khas Bali yang berasl dari khazanah kebudayaan Pra-Hindu. Tarian ini menggambarkan pertarungan antara kebajikan dengan kebatilan.
ü  Tari Belibis               : Tari ini diilhami oleh cerita Angling Dharma yang merupakan seorang Raja
ü  Tari Cendrawasih     : Tarian ini menggambarkan sekelompok burung burung cendrawasih yang berterbangan menikmati alam bebas
ü  Tari Ciwa Nataraja   : Ciwa Nataraja adalah manifestasi Siwa sebagai penari tertinggi
ü  Tari Condong           : Tarian ini merupakan tarian klasik Bali yang memiliki perbendaharaan gerak yang komplek yang menggambarkan seorang abdi Raja
ü  Tari Gabor               
ü  Tari Genjek              : Tari Genjek salah satu jenis kesenian tradisional yang sampai saat ini masih berkembang di Karangasem
ü  Tari Gopala              : Tari Ini menggambarkan tingkah laku sekelompok penggembala Sapi di suatu ladang
ü  Tari Jauk                  
ü  Tari Kecak                : Tarian ini menggambarkan kisah Ramayana saat barisan kera membantu Rama melawan Rahwana
ü  Tari Kupu-Kupu       : Tarian ini menggambarkan ketentraman sekelompok kupu-kupu
ü  Tari Legong Lasem  : Tarian ini menceritakan Keinginan Raja Lasem untuk meminang Rangkesari, putri Kerajaan Daha
ü  Tari Manuk Rawa    : Tarian ini bercerita tentang burung yang mencari makan.
ü  Tari Margapati          : Tarian ini menggambarkan seorang pemuda yang sangat gagah berani dan pantang menyerah, dan dilukiskan sebagai raja binatang
ü  Tari Pendet               : Tari ini merupakan tarian penyambut kedatangan tamu.
ü  Tari Puspanjali         
ü  Tari Rejang               : Tarian ini merupakan tarian sakral sebagai pelengkap upacara keagamaan Agama Hindu di Bali
ü  Tari Trunajaya          : Tarian ini melukiskan gerak-gerik seorang pemuda yang menginjak dewasa dan sangat emosional
ü  Tari Wiranata           : Tari ini menggambarkan kisah seorang perwira kerajaan
ü  Tari Wirayuda          : Tari ini menggambarkan ketangkasan olah senjata para prajurit dalam menghadapi peperangan.
       Musik tradisional Bali memiliki kesamaan dengan musik tradisional di daerah lainnya di Indonesia misalnya penggunaan Gambelan namun yang membedakannya terdapat ke khasan dalam teknik memainkan dan gubahannya.
       Seni Ukiran di bali sangat banyak jenisnya mulai dari ukiran di rumah tradisional bali, seni ukiran patung, seni ukiran kayu dan masih banyak lagi yang lainnya
       Seni Arsitektur di Bali dapat dilihat dari Rumah, Meraja atau Pura yang ada di Bali yang memiliki nilai indah yang sangat tinggi karena terdapat banyak ukiran yang menghiasi bangunan tradisonal.

2.2       Wujud Kebudayaan di Bali
                        Menurut Koentjaraningrat wujud dari kebudayaan itu ada tiga meliputi :
1.      Sistem budaya (cultura system). Pada tahap ini wujud kebudayaan bersifat abstrak karena berkaitan dengan ide-ide (gagasan), nilai-nilai, dan norma-norma yang mengikat pada masyarakat pendukungnya.
2.      Sistem sosial, yaitu keseluruhan aktivitas dan tindakan manusia yang berpola dalam masyarakat pendukungnya. Aktivitas sosial dapat diperinci dalam tahap-tahap. Tahap pertamanya diperinci dalam berbagai kompleks sosial, kemudian tiap kompleks sosial diperinci lagi ke dalam pola-pola sosial. Tiap pola sosial  dapat diperinci lagi  dalam tindakan-tindakan.
3.      Kebudayaan fisik. Pada tingkat ini wujud kebudayaan bersifat konkret karena berkaitan dengan aktivitas manusia yang berupa benda-benda konkret yang tidak hanya dapat dilihat, tetapi juga dapat diraba dan dirasakan. Wujud kebudayaan digambarkan dengan lingkaran konsentris Lingkaran paling dalam adalah sistem budaya. Lingkaran tengah adalah sistem sosial dan lingkaran luar adalah kebudayaan fisik. Adapun isi kebudayaan yang terdiri atas tujuh unsur itu membagi ketiga wujud kebudayaan dalam tujuh sektor.

2.3       Aspek-aspek yang berubah dalam kebudayaan Bali
                        Kebudayaan memiliki sifat yang dinamis  inilah yang menyebabkan terus terjadinya perubahan dari kebudayaan yang diciptakan oleh manusia. Dari pertama kebudayaan itu muncul sampai sekrang pasti akan mengalami perubahan yang disebabkan oleh pengaruh-pengaruh yang dapat atau hal-hal lain yang dapat menyebabkan kebudayaan itu berubah.
                        Disetiap daerah kebudayaan itu pasti akan mengalami perkembangan atau perubahan ini juga terjadi pada kebudayaan yang ada di bali. Kebudayaan bali awal dengan yang sekarang tentulah sangat berbeda karena kebudayaan itu selalu mengalami perkembangan ataupun perubahan, aspek-aspek yang cepat sekali mengalami perubahan dalam kebudayaan adalah hasil dari kebudayaan itu sendiri karena hasil dari kebudayaan ini mudah sekali terkena pengaruh dan selalu mengikuti perkembangan zaman misalnya Pura ulun danu batur berbeda dengan Pura ulun danu Beratan, perbedaannya terletak pada pura ulun danu batur mengalami akulturasi dari cina sehingga pada bangunan pura terdapat bangunan seperti bangunan orang-orang cina pada umumnya. Contoh lain pada umumnya rumah tradisional orang bali itu sangat luas, namun karena kena pengaruh bangunan tipe minimalis rumah tradisional bali sulit ditemukan, tidak hanya rumah, bangunan merajan yang ada dikota dengan yang ada di desa memiliki sedikit perbedaan, perbedaannya terletak pada merajan yang ada di kota jarang memiliki piyasan.
2.4       Penyebab berubahnya aspek dalam kebudayaan Bali
                        Perubahan kebudayaan yang terjadi dalam suatu bangsa tidak luput dari faktor-faktor yang mempengaruhi. Menurut Soerjono Soekanto faktor-faktor tersebut terbagi menjadi dua yaitu faktor intern dan faktor ekstern.
Faktor Intern merupakan faktor yang berasal dari masyarakat itu sendiri yang menyebabkan perubahan kebudayaan, yang diantaranya :
1.      Perubahan Penduduk
2.      Adanya penemuan Baru atau Invention
3.      Konflik yang terjadi di dalam masyarakat
4.      Revolusi
Faktor Ekstern merupakan faktor yang berasal dari luar masyarakat melalui interaksi sosial yang mendorong terjadinya suatu perubahan kebudayaan, yang diantaranya :
1.      Peperangan
2.      Perubahan Alam
3.      Pengaruh Budaya Lain seperti penyebaran kebudayaan (Difusi) misalnya terjadinya penyebaran budaya baru oleh wisatawan yang datang ke Bali. Pembaharuan antar budaya yang masih terlihat masing-masing sifat khasnya (Akulturasi)



















BAB III
PENUTUP

3.1          Kesimpulan
Kebudayaan sangat erat hubungannya dengan masyarakat. Melville J. Herskovits dan Bronislaw Malinowski mengemukakan bahwa segala sesuatu yang terdapat dalam masyarakat ditentukan oleh kebudayaan yang dimiliki oleh masyarakat itu sendiri. Istilah untuk pendapat itu adalah Cultural-Determinism. Herskovits memandang kebudayaan sebagai sesuatu yang turun temurun dari satu generasi ke generasi yang lain, yang kemudian disebut sebagai superorganic. Kebudayaan sangat erat hubungannya dengan masyarakat. Melville J. Herskovits dan Bronislaw Malinowski mengemukakan bahwa segala sesuatu yang terdapat dalam masyarakat ditentukan oleh kebudayaan yang dimiliki oleh masyarakat itu sendiri. Istilah untuk pendapat itu adalah Cultural-Determinism. Herskovits memandang kebudayaan sebagai sesuatu yang turun temurun dari satu generasi ke generasi yang lain, yang kemudian disebut sebagai superorganic. Menurut Koentjaraningrat wujud dari kebudayaan itu ada tiga yaitu sistem budaya, sistem sosial dan kebudayaan fisik. Perubahan kebudayaan yang terjadi dalam suatu bangsa tidak luput dari faktor-faktor yang mempengaruhi. Menurut Soerjono Soekanto faktor-faktor tersebut terbagi menjadi dua yaitu faktor intern dan faktor ekstern yaitu Invation, difusi dan Akulturasi.



Tidak ada komentar:

Posting Komentar