Sabtu, 26 April 2014

Pengentasan Kemiskinan Dalam Perspektif Hindu

BAB I
PENDAHULUAN
1.1  Latar Belakang
Masalah kemiskinan adalah masalah yang klasik, sangat klasik. Kemunculannya di dunia sudah berabad-abad yang lalu, yang sampai sekarang permasalahannya masih merupakan beban bagi bangsa-bangsa di dunia dan sulit diatasi. Jangankan di negara yang sedang berkembang, lebih-lebih di Negara miskin, sedangkan di negara yang sudah maju pun seperti Amerika Serikat, kemiskinan masih mewarnai negeri ini.
Meskipun demikian agama Hindu memberikan ajaran yang dapat mengentaskan kemiskinan yang dapat mengurangi dampak kemiskinan di dunia khususnya di Indonesia. Ada beberapa sebab-sebab kemiskinan yaitu, faktor alam, faktor kebodohan, dan budaya kemiskinan yang menyebabkan kemiskinan menjadi beranak pinak.
1.2  Rumusan Masalah
Dari latar belakang diatas dapat diambil rumusan masalah yaitu:
  1. Bagaimanakah masalah pengentasan kemiskinan sebagai realisasi sraddha di Indonesia?
  2. Bagaimana cara mendorong kegiatan usaha dan ketahanan orang Hindu dalam pengentasan kemiskinan?
  3. Bagaimanakah upaya-upaya pengentasan kemiskinan lewat struktur masyarakat dewasa ini?
1.3  Tujuan Penulisan
  1. Untuk mengetahui masalah pengentasan kemiskinan sebagai realisasi sraddha di Indonesia
  2. Untuk mengetahui cara mendorong kegiatan usaha dan ketahanan orang hindu dalam pengentasan kemiskinan
  3. Untuk mengetahui upaya-upaya pengentasan kemiskinan lewat struktur masyarakat dewasa ini



















BAB II
PEMBAHASAN

2.1  Masalah Pengentasan Kemiskinan Sebagai Realisasi Sraddha di Indonesia
A.    Batasan Kemiskinan dari Kacamata Hindu Dharma
Seseorang disebut miskin bukannya disebut miskin harta saja, tetapi kemiskinan yang dengan sifat-sifat yang melekat pada pribadi seseorang seperti sifat kikir., loba, tidak tulus hati dan keji dan sebagainya. Salah satu akibat menonjol dari sifat-sifat itu adalah seseorang tidak dapat berbuat dana punia atau amal sedekah. Dana punia yaitu pemberian sedekah dengan tulus ikhlas yang baik dan suci, dapat dijadikan dasar menilai miskin tidaknya seseorang. Sebab berbuat amal sedekah tidak hanya menyangkut definisi fisik atau tepatnya kepemilikan harta, melainkan juga menyangkut dimensi rohani (mentalitas).
Kemiskinan rohani dan kemiskinan harta, dua kemiskinan yang kadang-kadang bersifat kualistik. Kemiskinan yang satu menyebabkan kemiskinan yang lain sehingga, akibat kemiskinan itu menyebabkan semakin miskinnya seseorang. Tetapi miskin harta tidak selalu menyebabkan miskin rohani.
  1. Sebab-sebab Kemiskinan
1.      Faktor Alam:
-          Daerah yang tanahnya tandus
Masyarakat pemukiman hanya menggantungkan ekonominya hanya dari hasil panen, padahal hasil panennya hanya sedikit. Tidak dapat mencukupi kebutuhan
-     Daerah yang letaknya terisolasi
Masyarakat pemukim sulit berkomunikasi dengan dunia luar karena belum adanya sarana perhubungan yang memadai (jalan).
-     Daerah Rawan Bencana
Masyarakat yang bermukim di daerah yang secara rutin terserang bencana banjir, angina rebut, gempa bumi dan sebagainya, sehingga masyarakat sulit untuk menghimpun dana untuk mencukupi kebutuhan hidupnya.
2.      Faktor kebodohan
Masyarakat yang tidak dapat kesempatan untuk belajar atau menuntut ilmu sehingga mereka tidak mempunyai pengetahuan dan keterampilan kerja, sehingga mereka tidak dapat bersaing dengan pencari kerja yang sudah terdidik.
3.      Budaya Kemiskinan
Masyarakat buruh dan pengemis, karena serba keterbatasan mereka, sehingga mereka sulit sekali untuk mengentaskan diri mereka sendiri pada kemiskinan. Mereka beranak pinak juga sebagi buruh dan pengemis, bahkan ada masyarakat pengemis. Mereka tidak mau mengubah kebiasaan mengemis dengan alas an kebudayaan dan mereka tidak mau bekerja, misalnya masyarakat Trunyan di Kintamani, Bali
  1. Kiat Pengentasan Kemiskinan
1.      Pengumpulan Dana Punia
Oleh karena Masyarakat Indonesia adalah masyarakat beragama, sedangkan agama mereka masing-masing menganjurkan kepada pengikutnya untuk berderma, berdarma punia, maka secara rutin mengumpulkan dana secara terpadu dan kemudian diserahkan kepada pemerintah. Pemerintah dapat mengaturnya dan kemudian dipadukan dengan program-program pemerintah dalam bidang pendidikan, kesehatan dan lain-lain. Pengetahuan pengawasan penggunaan dana SDBD, ada kebocoran atau tidak dan juga dipadukan dengan dana dari masyarakat. Bagi umat Hindu khususnya dalam kitab Saramuschaya sudah diatur bahwa 30% dari pendapatan bersih disumbangkan untuk dana punia.
2.      Meningkatkan dan Memeratakan Pendidikan dan Keterampilan Masyarakat
3.      Meningkatkan Pelayanan Kesehatan Masyarakat
4.      Memperluas Lapangan Kerja
a.       membuka atau mencetak lahan persawahan baru
b.      memanfaatkan pulau-pulau yang belum berpenghuni
5.      Menggalakkan Transmigrasi
Transmigrasi pertanian, transmigrasi PIR, transmigrasi untuk tenaga pabrik, dan sebagainya.
            6.  Meningkatkan kualitas mental spiritual menurut agama masing-masing
2.2 Mendorong Kegiatan Usaha dan Ketahanan Orang Hindu dalam Pengentasan Kemiskinan
A.    Bekerja Keras Adalah Perintah Tuhan Yang Harus Dilaksanakan
            Masih banyak orang mempunyai pengertian bahwa orang yang selalu sibuk bekerja adalah bukan orang yang taat beragama Hindu. Masih banyak orang yang mempunyai pengertian bahwa orang yang beragama Hindu itu adalah orang yang lebih banyak menggunakan waktunya bukan untuk bekerja, dan orang yang beragama itu harus hidup seperti orang yang tanpa kewajiban untuk bekerja, dan lebih ekstrim lagi orang beragama itu harus seperti orang miskin dengan pakaian seadanya. Pandangan itu terjadi karena kekurangan pengetahuan saja.
            Bahwa sebenarnya Tuhan sendiri memerintahkan kepada umat manusia untuk bekerja keras. Seperti yang tertulis dalam Pustaka Suci Bhagawadgita Bab III yang terjemahannya adalah sebagai berikut:
Dari itu laksanakanlah segala kerja, sebagai kewajiban tanpa harap keuntungan pribadi, sebab kerja tanpa harap keuntungan pribadi, membawa orang pada kebahagiaan
Seorang dagang atau pengusaha mencari keuntungan dengan memenuhi segala tanggung jawabnya yaitu antara lain:
1.      Tanggung jawab kepada negara, yaitu membayar pajak
2.      Tanggung jawab kepada karyawan/karyawati, yaitu membayar gaji atau upah
3.      Tanggung jawab kepada anak dan istri, yaitu memberi perumahan, makanan, pakaian, pendiidkan dan sebagainya
4.      Tanggung jawab kepada masyarakat dan agama seperti berdana punia kepada tempat suci (pura), masyarakat dan para pendeta
Oleh karena itu, sedah sangat jelas bahwa Tuhan sendiri telah memerintahkan untuk melaksanakan segala kerja (yang sesuai dengan dharma) maka kita semua tidak ragu lagi untuk menekuni segala kerja atau profesi termasuk menjadi pengerajin, pedagang, seniman, pelukis, pematung, notaris, dokter, ahli hokum dan lain sebagainya.
B.     Belajar Dari Masa Lalu dan Mengambil Hikmah, Pendirian / Pembangunan Indraprasta
Jika orang berpikir sempit dan pendek, pasti tidak bias menerima suatu keputusan pembagian Kerajaan Astina dimana Pandawa mendapat daerah gersang semak belukar sebagai bagiannya. Berbeda dengan Korawa yang mendapat daerah subur dan kota yang sudah jadi. Bahkan adik-adik Yudistira pun tidak senang dengan keputusan ini dan menolak. Bahkan hampir semua adik Yudistira kukuh dengan keputusannya menerima pembagian tersebut.
Situasi yang sama juga dihadapi oleh setiap wiraswasta pemula ketika ia memastikan dirinya menggeluti bidang usaha swasta yang baru. Hambatan dan tantangan begitu besar, namun jika benar-benar ditekuni dengan bersemangat seperti Pandawa mendirikan Indraprasta, maka Tuhan akan menyertai, Para Dewa dan Malaikat akan membantu bekerjasama. Syaratnya adalah bekerja berlandaskan dharma.
C.     Pengentasan Kemiskinan dan Meningkatkan Kemakmuran Memerlukan Waktu dan Proses
Kita semua percaya kepada Hukum Dasar Agama Hindu, yaitu Hukum Karma Phala. Kita percaya akan hokum besi, yaitu hokum sebab akibat. Oleh karena itu kita harus mau dan tekun berusaha mengentaskan kemiskinan dan mewujudkan kemakmuran. Tetapi kita harus mau bersabar dengan waktu karena semua memerlukan suatu proses. Contoh konkret berkembang pesatnya pariwisata sekarang ini adalah suatu proses panjang.

2.3  Upaya-upaya Pengentasan Kemiskinan lewat Struktur Masyarakat Dewasa Ini

A.    Kemiskinan Struktural
Prof Sarbini Sumawinata dalam sebuah tulisan di majalah Prisma mengemukakan “Kemiskinan structural yang kita warisi dari zaman colonial dan sejarah dengan jelas membuktikan bahwa ini disebabkan oleh kedatangan kapitalisme dalam bentuk kolonialisme hanya dapat dibrantas dengan perombakan struktur itu sendiri”
Kemiskinan secara bertahap baru akan dapat dipecahkan jika struktur ekonomi, politik dan sosial budaya yang merupakan penyebab structural dari kemiskinan itu sendiri, secara bertahap harus diperbaiki.
Secara lebih konkret, stuktur ekonomi, politik, sosial budaya, kalau disederhanakan secara umum adalah sebagai berikut:
1.      Dalam struktur ekonomi terpancar: relative mudahnya sekelompok kecil pengusaha untuk memperoleh perlakuan khusus, bahkan fasilitas istimewa,sedangkan mayoritas pengusaha menengah dan kecil selalu dihadapkan kepada kendala-kendala structural untuk bisa bertahan hidup.
2.      Dalam struktur politik terlihat: sebagian pelaku politik dari system politik yang ada, diduga lebih berorientasi ke atas, sehingga konsekuensinya perjuangan untuk membela hak-hak rakyat, masih jauh dari harapan rakyat banyak.
3.      Dalam struktur sosial budaya, sisa-sisa feodalisme sebelum proklamasi kemerdekaan tetap tampak dan muncul feodalisme baru sehingga terciptanya struktur sosial budaya yang  memberikan peluang lebih besar untuk mengangkat harkat martabat dan derajat manusia adalah sesuatu yang masih memerlukan perjuangan panjang yang harus dilalui.
Jika demikian adanya, dari pihak mana diharapkan terjadi pengambilan inisiatif yang lebih besar sehingga terjadiperubahan struktur seperti yang diharapkan masyarakat luas. Ada 3 (tiga) pihak yang dapat melakukan hal ini yakni:
1.      Pihak pemerintah, yaitu sebagai pemegang kekuasaan politik dan pengelola uatama sumber daya ekonomi bangsa dan Negara. Akan tetapi karena hokum  dan dinamika kekuasaan itu sendiri yang cenderung untuk mempertahankan status quo, maka program perubahana struktur yang dirancang pemerintah sudah tentu dilihat dari “kaca mata” kepentingan pemerintah, sehingga akan berjalan relative lamban.
2.      Masyarakat kelas menengah yang terdiri atas: kaum intelektual, mahasiswa, pemimpin surat kabar, kaum pengusaha dan pedagang pribumi, ahli hokum, dan kelompok-kelompok professional lainnya.
3.      Elite politik yang berada dalam lembaga perwakilan rakyat. Namun demikian karena ada sejumlah kendala structural yang harus dihadapi, upaya reformasi structural yang  dilakukannya, belum tentu dapat memenuhi aspirasi masyarakat luas.
B.     Pengentasan Kemiskinan, Panggilan Keagamaan
Jika diproyeksikan reformasi struktural akan berjalan lamban, barangkali kondisi ini yang dianggap baik, untuk berlangsungnya proses evolusi secara damai, agama Hindu memiliki sumbangan dalam upaya pengentasan kemiskinan yang momentumnya cukup baik dewasa ini
Misalnya dalam ayat-ayat suci Weda yang memberikan inspirasi, panduan, pegangan dan hubungan antara manusia, kita akan dengan mudah menemukan rangkuman nilai yang memuat: kesamaan dan persamaan manusia, kedamaian, keharmonisan, kesejahteraan bersama.
Kalau demikian adanya, umat Hindu semestinya menjadi semakin sadar bahwa: upaya kita untuk membantu menciptakan struktur ekonomi yang lebih adil, struktur politik yang berorientasi kerakyatan, struktur sosial budaya yang lebih manusiawi yang memberikan sumbangan berharga bagi pengentasan kemiskinan structural adalah sebuah swadharma, sebuah panggilan keagamaan.























BAB III
PENUTUP

3.1  Kesimpulan
Seseorang disebut miskin bukannya disebut miskin harta saja, tetapi kemiskinan yang dengan sifat-sifat yang melekat pada pribadi seseorang seperti sifat kikir., loba, tidak tulus hati dan keji dan sebagainya. Salah satu akibat menonjol dari sifat-sifat itu adalah seseorang tidak dapat berbuat dana punia atau amal sedekah.
Sebab-sebab Kemiskinan ada 3 (tiga) diantaranya: (a)Faktor alam, (b)Faktor kebodohan, (c)Budaya kemiskinan. Kiat pengentasan kemiskinan yaitu, pengumpulan dana punia, meningkatkan dan memeratakan pendidikan dan keterampilan masyarakat, meningkatkan pelayanan kesehatan masyarakat, memperluas lapangan kerja, menggalakkan transmigrasi, meningkatkan kualitas mental spiritual menurut agama masing-masing.
















Daftar Pustaka

Ngurah Bagus, I Gusti. 1989. Beberapa Permasalahan Sosial dalam Perspektif Hindu Dharma. PT. Upada Sastra. Denpasar.
Majalah-hindupraditya.blogspot.com/2012/06/mencari-solusi-masalah-entaskan-permasalahan-di.html. Diakses Jumat, 14 Maret 2014, pukul 17.45

Www.natanews/1434/prof-dawam-raharjo-pengentasan-kemiskinan.html. Diakses Jumat, 14 Maret 2014, pukul 16.37

Tidak ada komentar:

Posting Komentar