Selasa, 29 April 2014

Kepemimpinan Perspektif Hindu

Kepemimpinan
Secara umum, kepemimpinan diartikan sebagai kemampuan untuk mengkoordinir dan mengerahkan orang-orang serta golongan-golongan untuk tujuan yang Bahasan mengenai pemimpin dan kepemimpinan pada umumnya menjelaskan bagaimana untuk menjadi pemimpin yang baik, gaya dan sifat yang sesuai dengan kepemimpinan serta syarat-syarat apa yang perlu dimiliki oleh seorang pemimpin yang baik. Dalam agama Hindu, banyak ditemukan istilah yang menunjuk pada pengertian pemimpin. Bila bakat kepemimpinannya yang menonjol dan mampu memimpin sebuah organisasi dengan baik disebut Ksatriya, karena kata ksatriya artinya yang memberi perlindungan. Demikian pula yang memiliki kecerdasan yang tinggi, senang terjun di bidang spiritual, ia adalah seorang Brahmana. Demikian pula profesi-profesi masyarakat seperti pedagang, bussinessman, petani, nelayan dan sebagainya. contoh kepemimpinan Hindu yang ideal dapat ditemukan dalam cerita Itihasa dan Purana. Banyak yang di idealkan dalam tokoh tersebut Misalnya: Dasaratha, Sri Rama, Wibhisana, Arjuna Sasrabahu, Pandudewanata, Yudisthira dan lain-lain. Untuk memahami kepemimpinan Hindu atau kepemimpinan yang universal, seseorang dianjurkan untuk mempelajari Niti Sastra. Pemikiran dalam niti sastra dapat memberi masukan penting berupa konsep dan nilai positif dalam pengembangan, pembaharuan, penyusunan kembali konsep-konsep politik, ketatanegaraan, ekonomi, peraturan hukum era kini. Umumnya dalam cerita Itihasa dan Purana antara pemimpin (Raja) tidak bisa dipisahkan dengan Pandita sebagai Purohito (penasehat Raja). Brahmana ksatriya sadulur artinya penguasa dan pendeta sejalan. “Raja tanpa Pandita lemah, Pandita tanpa Raja akan musnah”. Misalnya : Bhatara Guru dalam memimpin Kahyangan Jonggring Salaka dibantu oleh Maharsi Narada sebagai penasehat-Nya, Maharaja Dasaratha ketika memimpin Ayodya dibantu oleh Maharsi Wasistha, Maharaja Pandu dalam memimpin Astina dibantu oleh Krpacharya dan sebagainya. Dalam kepemimpinan ada juga disebut Asta Brata. Asta Brata adalah ajaran kepemimpinan yang diberikan oleh Sri Rama kepada Gunawan Wibhisana sebelum ia memegang tampuk kepemimpinan Alengka Pura pasca kemenangan Sri Rama melawan keangkaramurkaan Rawana. Hal ini sebagaimana disebutkan dalam Pustaka Suci Manu Smrti IX.303. Adapun delapan bagian Asta Brata tersebut adalah :
  • Indra Brata, kepemimpinan bagaikan Dewa Indra atau Dewa Hujan; Di mana hujan itu berasal dari air laut yang menguap. Dengan demikian seorang pemimpin berasal dari rakyat harus kembali mengabdi untuk rakyat.
  • Yama Brata, kepemimpinan yang bisa menegakkan keadilan tanpa pandang bulu bagaikan Sang Hyang Yamadipati yang mengadili Sang Suratma.
  • Surya Brata, kepemimpinan yang mampu memberikan penerangan kepada warganya bagaikan Sang Surya yang menyinari dunia.
  • Candra Brata, mengandung maksud pemimpin hendaknya mempunyai tingkah laku yang lemah lembut atau menyejukkan bagaikan Sang Candra yang bersinar di malam hari.
  • Bayu Brata,  mengandung maksud pemimpin harus mengetahui pikiran atau kehendak (bayu) rakyat dan memberikan angin segar untuk para kawula alit atau wong cilik sebagimana sifat Sang Bayu yang berhembus dari daerah yang bertekanan tinggi ke rendah.
  • Baruna Brata, mengandung maksud pemimpin harus dapat menanggulangi kejahatan atau peyakit masyarakat yang timbul sebagaimana Sang Hyang Baruna membersihkan segala bentuk kotoran di laut.  
  • Agni Brata, mengandung maksud pemimpin harus bisa mengatasi musuh yang datang dan membakarnya sampai habis bagaikan Sang Hyang Agni.
·         Kwera atau Prthiwi Brata, mengandung maksud seorang pemimpin harus selalu memikirkan kesejahteraan rakyatnya sebagaimana bumi memberikan kesejahteraan bagi umat manusia dan bisa menghemat dana sehemat-hematnya seperti Sang Hyang Kwera dalam menata kesejahteraan di kahyangan.
Dalam kepemimpinan Hindu ada juga disebut Panca Satya. Selain upaya, sifat dan kriteria sebagaimana yang telah disebutkan di atas, masih ada satu lagi landasan bagi pemimpin Hindu dalam melaksanakan tugasnya sehari-hari. Landasan ini ada lima yang dikenal sebagai PaƱca Satya. Lima Satya ini harus dijadikan sebagai landasan bagi seorang pemimpin Hindu di manapun dia berada. Kelima landasan itu adalah :
  1. Satya Hrdaya (jujur terhadap diri sendiri / setia dalam hati)
  2. Satya Wacana (jujur dalam perkataan / setia dalam ucapan)
  3. Satya Samaya (setia pada janji)
  4. Satya Mitra (setia pada sahabat)
  5. Satya Laksana (jujur dalam perbuatan)
Kelima ini juga harus dijadikan pedoman dalam hidupnya. Sehingga ia akan menjadi seorang pemimpin yang hebat, berwibawa, disegani dan sebagainya.Tingkat keberhasilan dari seorang pemimpin dalam memimpin itu sendiri ditentukan oleh dua faktor, yaitu : faktor usaha manusia (Manusa atau jangkunging manungsa) dan faktor kehendak Tuhan (Daiwa atau jangkaning Dewa). Sementara tingkat keberhasilannya bisa berupa penurunan (Ksaya), tetap atau stabil (Sthana) dan peningkatan atau kemajuan (Vrddhi) (Kautilya,2004:392-393). Sifat-Sifat Kepemimpinan Hindu. Sifat dan sikap yang dimiliki seorang pemimpin merupakan penentu berhasil atau tidaknya seorang pemimpin dalam menjalankan roda pemnerintahan. Sifat dan sikap yang dimiliki oleh pemimpin dapat disempurnakan dengan mendalami, mempedomani, dan mengamalkan ajaran-ajaran serta berbagai ilmu pengetahuan yang dipelajari. Menurut Prof. Arifin Abdul Rachman dalam bukunya yang berjudul  “Kerangka Pokok-pokok Mengenai Management Umum” menyebutkan bahwa terdapat tiga golongan sifat-sifat para pemimpin, antara lain:
1. Sifat-sifat pokok, yaitu sifat-sifat dasar yang dimiliki oleh setiap pemimpin, antara lain adil, suka melindungi/mengayomi, penuh inisiatif, penuh daya tarik, dan penuh kepercayaan pada diri sendiri.
2.  Sifat-sifat khusus karena pengaruh tempat, yaitu sifat-sifat yang pada pokoknya sesuai dengan keperibadian bangsa, seperti bangsa Indonesia dengan Pancasila sebagai keperibadiannya, sebagai dasar Negara, dan cita-cita bangsa.
3. Sifat-sifat khusus karena pengaruh dari berbagai macam atau golongan pemimpin, seperti pemimpin partai politik, pemimpin keagamaan, pemimpin serikat buruh, dan sebagainya.



Sabtu, 26 April 2014

Multiple Intelligences ( Kecerdasaan Ganda )

BAB I
PENDAHULUAN

A.      Latar Belakang
Pendidikan adalah pembelajaran pengetahuan, keterampilan, dan kebiasaan sekelompok orang yang ditransfer dari satu generasi ke generasi berikutnya melalui pengajaran, pelatihan, atau penelitian. Pendidikan sering terjadi di bawah bimbingan orang lain, tetapi juga memungkinkan secara otodidak. Setiap pengalaman yang memiliki efek formatif pada cara orang berpikir, merasa, atau tindakan dapat dianggap pendidikan. Pendidikan umumnya dibagi menjadi tahap seperti prasekolah, sekolah dasar, sekolah menengah dan kemudian perguruan tinggi, universitas atau magang.
Dalam dunia pendidikan dituntut untuk menghasilkan lulusan yang berkualitas, Namun ada kendala yang terjadi dalam proses pendidikan misalkan pola pikir yang masih tradisonal yaitu dalam pendidikan awal lebih menekankan bisa membaca, menulis dan berhitung. Untuk mengukur kemampuan atau kecerdasaan seseorang tidak cukup diukur oleh tiga hal tersebut, maka dari itu perlu dilakukannya revisi dalam mengukur tingkat kecerdasaan seseorang.
Kecerdasan intelektual adalah kemampuan intelektual, analisa, logika dan rasio. Ia merupakan kecerdasan untuk menerima, menyimpan dan mengolah infomasi menjadi fakta. Orang yang kecerdasan intelektualnya baik, baginya tidak ada informasi yang sulit, semuanya dapat disimpan dan diolah, pada waktu yang tepat dan pada saat dibutuhkan diolah dan diinformasikan kembali. Proses menerima , menyimpan, dan mengolah kembali informasi, (baik informasi yang didapat lewat pendengaran, penglihatan atau penciuman) biasa disebut "berfikir. Disamping itu juga kecerdasan intelektual tidak hanya mencakup ketiga hal tersebut (membaca, menulis dan berhitung ),  Melainkan kecerdasaan intelektual juga mencakup aspek  kinetis, musical, visual-spatial, interpersonal, intrapersonal, dan naturalis. Jenis-jenis kecerdasan tersebut disebt dengan Multiple Intelligences (Kecerdasan Ganda).





                                                          














B.     Rumusan Masalah
1.      Apa pengertian Multiple Intelligences ?
2.      Apa saja bagian dari Multiple Intelligences ?
3.      Faktor-faktor apa saja yang mempengaruhi perkembangan?
4.      Faktor-faktor apa saja yang mempengaruhi Intelligences?
5.      Bagaimanakah strategi Pembelajaran Multiple Intelligences?
C.     Tujuan
1.      Untuk mengetahui pengertian Multiple Intelligences
2.      Untuk mengetahui bagian-bagian dari Multiple Intelligences
3.      Untuk mengetahui faktor yang mempengaruhi perkembangan
4.      Untuk mengetahui faktor yang mempengaruhi Multiple Intelligences
5.      Untuk mengetahui strategi pembelajaran Multiple Intelligences













BAB II
PEMBAHASAN

A.      Pengertian Multiple Intelligences ( Kecerdasaan Ganda )
Kecerdasan atau yang biasa dikenal dengan IQ (bahasa Inggris: intelligence quotient) adalah istilah umum yang digunakan untuk menjelaskan sifat pikiran yang mencakup sejumlah kemampuan, seperti kemampuan menalar, merencanakan, memecahkan masalah, berpikir abstrak, memahami gagasan, menggunakan bahasa, dan belajar. Kecerdasan erat kaitannya dengan kemampuan kognitif yang dimiliki oleh individu. Kecerdasan dapat diukur dengan menggunakan alat psikometri yang biasa disebut sebagai tes IQ. Ada juga pendapat yang menyatakan bahwa IQ merupakan usia mental yang dimiliki manusia berdasarkan perbandingan usia kronologis.
Kecerdasan (Inteligensi) secara umum dipahami pada dua tingkat yakni : kecerdasan sebagai suatu kemampuan untuk memahami informasi yang membentuk pengetahuan dan kesadaran. Kecerdasan sebagai kemampuan untuk memproses informasi sehingga masalah-masalah yang kita hadapi dapat dipecahkan (problem solved) dan dengan demikian pengetahuan pun bertambah. Jadi mudah dipahami bahwa kecerdasan adalah pemandu bagi kita untuk mencapai sasaran-sasaran kita secara efektif dan efisien. Kemampuan seseorang pada kognitif, psikomotor, afektif merupakan kecerdasan bagi seseorang. Intelegensi menunjukkan bagaimana cara individu bertingkah laku dalam memecahkan masalah yang dihadapi. Tingkah laku individu dinyatakan “intelegen” berdasarkan kesanggupan untuk melakukan suatu aktifitas, yaitu berfikir. Dari urian diatas dapat disimpulkan kecerdasaan adalah kemampuan yang dimiliki setiap orang. Kecerdasan yang dimilik satu orang dengan orang yang lain tidaklah sama karena kecerdasan itu banyak sekali jenisnya. Keanekaragaman dari kemampuan atau kecerdasaan seseorang disebut dengan kecerdasan majemuk (multiple intelegensi).

B.       Bagian dari Multiple Intelligences
Seorang ahli riset dari Amerika, Prof. Howard Gardener, mengembangkan model kecerdasan “multiple intelligence” yang artinya bermacam-macam kecerdasan. Maksudnya setiap orang memilki bermacam-macam kecerdasan, tetapi dengan kadar pengembangan yang berbeda. Yang di maksud kecerdasan menurut Gardener adalah suatu kumpulan kemampuan atau keterampilan yang dapat ditumbuh kembangkan. Menurut Howard Gardener dalam setiap diri manusia ada 8 macam kecerdasan, yaitu :
1.      KECERDASAN LINGUISTIK
Kecerdasan linguistik adalah kemampuan untuk menggunakan kata-kata secara efektif, baik secara lisan maupun tulisan ciri-ciri : bermain dengan kata-kata,  menikmati puisi,  suka mendengarkan cerita, membaca, merasa mudah dan percaya diri mengekspresikan diri anda baik secara lisan maupun tulisan, Contohnya : pintar dalam berkomunikasi dan pintar dalam menceritakan atau menulis mengenai sesuatu hal, suka membumbui percakapan dengan hal-hal menarik, suka mengerjakan teka-teki silang, bermain scrable atau bermain puzzle, dapat mengeja dengan sangat baik.
2.      KECERDASAN LOGIK MATEMATIK
Kecerdasan logik matematik ialah kemampuan seseorang dalam memecahkan masalah. Ia mampu memikirkan dan menyusun solusi (jalan keluar) dengan urutan yang logis (masuk akal). Ciri-ciri : senang bekerja dengan angka dan dapat melakukan perhitungan mental (mencongak), tertarik dengan kemajuan teknologi dan gemar melakukan percobaan untuk melihat cara kerja sesuatu hal, merasa mudah melakukan perencanaan keuangan, menetapkan target dalam bentuk angka dalam bisnis dan hidup, senang menyiapkan jadwal perjalanan secara terperinci, memberi nomor dan menetapkan suatu daftar kerja, senang dengan permainan, puzzle atau sesuatu yang membutuhkan kemampuan berpikir logis dan statistis seperti permainan cheker atau catur.
3.      KECERDASAN VISUAL DAN SPASIAL
Kecerdasan visual dan spasial adalah kemampuan untuk melihat dan mengamati dunia visual dan spasial secara akurat (cermat). Ciri-ciri : menyukai seni, menikmati lukisan dan patung, memilki citra rasa yang baik akan warna, cenderung menyukai pencatatan secara visual dengan menggunakan kamera atau handycam, bisa menulis dengan cepat saat anda mencatat atau berpikir mengenai sesuatu, dapat menggambar dengan cukup baik, merasa mudah membaca peta atau melakukan navigasi, memilki kemampuan mengerti arah yang baik, menikmati permainan seperti puzzle.
4.      KECERDASAN MUSIK
Kecerdasan musik adalah kemampuan untuk menikmati, mengamati, membedakan, mengarang, membentuk dan mengekspresikan bentuk-bentuk musik. Kecerdasan ini meliputi kepekaan terhadap ritme, melodi dan timbre dari musik yang didengar. Ciri-ciri : dapat memainkan alat musik, dapat menyanyi sesuai dengan tinggi rendahnya kunci nada, biasanya dapat mengingat sebuah irama hanya dengan mendengarkan beberapa kali saja, sering mendengarkan musik, bahkan kadang kala menghadiri konser musik.
5.      KECERDASAN INTERPERSONAL
Kecerdasan interpersonal ialah kemampuan untuk mengamati dan mengerti maksud, motivasi dan perasaan orang lain. Ciri-ciri : senang bekerja sama dengan orang lain dalam suatu kelompok atau komite, lebih suka belajar kelompok dari pada belajar sendiri,  penuh simpati,  lebih suka team sport seperti basket, soffball, sepak bola dari pada individual seperti renang dan lari
6.      KECERDASAN INTRAPERSONAL
Kecerdasan intrapersonal adalah kemampuan yang berhubungan dengan kesadaran dan pengetahuan tentang diri sendiri. Dapat memahami kekuatan dan kelemahan diri sendiri. Mampu memotivasi dirinya sendiri dan melakukan disiplin diri. Ciri-ciri : memiliki buku harian untuk mencatat pikiran anda yang sangat dalam dan pribadi, serimg menyendiri untuk memikirkan dan memecahkan masalah itu sendiri, menetapkan tujuan,  seorang pemikir independen (mandiri), tahu pikiran anda dan anda memutuskan sendiri keputusan, mempunyai hobi atau kesenangan yang bersifat pribadi yang tidak banyak anda bagikan atau ungkapkan kepada orang lain.
7.        KECERDASAN KINESTETIK
Kecerdasan kinestetik ialah kemampuan dalam menggunakan tubuh kita secara terampil untuk mengungkapkan ide, pemikiran dan perasaan. Ciri-ciri :  gemar berolahraga atau melakukan kegiatan fisik, cakap dalam melakukan sesuatu seorang diri, senang memikirkan persoalan sambil aktif dalam kegiatan fisik seperti berjalan atau lari, tidak keberatan jika diminta untuk menari, Setiap kali anda pergi ke pusat hiburan atau permainan, anda senang dengan permainan yang sangat menantang dan “mengerikan” secara fisik seperti jet coaster.
8.        KECERDASAN NATURALIS
Kecerdasan naturalis adalah kemampuan untuk mengenali, membedakan, mengungkapkan dan membuat kategori terhadap apa yang di jumpai di alam maupun lingkungan. Ciri-ciri : senang memelihara atau menyukai hewan,  dapat mengenali dan membedakan nama berbagai jenis pohon, bunga dan tanaman,  tertarik dan memilki pengetahuan yang cukup mengenai bagaimana tubuh bekerja -di mana letak organ tubuh yang penting- dan anda mengerti akan kesehatan, tahu jalur atau jalan setapak, sarang burung dan hewan liar lainnya saat anda berjalan di alam dan anda bisa “membaca” cuaca, dapat membayangkan diri anda sebagai seorang petani atau mungkin anda suka memancing.
C.      Faktor-Faktor yang Memengaruhi Perkembangan
Ada beberapa faktor yang mempengaruhi perkembangan. berikut ini adalah faktor faktor yang mempengaruhi perkembangan:
a)        Faktor Genetika (Hereditas)
Hereditas merupakan “ totalitas karakteristik individu yang diwariskan orang tua kepada anak, atau segala potensi ( baik fisik maupun psikis) yang memiliki individu sejak masa konsepsi sebagai pewarisan dari pihak orang tua mmelalui gen-gen.
Pengaruh gen terhadap kepribadian, sebenarnya tidak secara langsung, karena yang dipengaruhi gen secara langsung adalah :
a.       Kualitas sistem syaraf
b.      Keseimbangan biokimia tubuh
c.       Struktur tubuh.
Sehubungan dengan hal di atas, Cattel dkk.  Mengemukakan bahwa “ kemampuan belajar  dan penyesuaian diri dibatasi oleh sifat-sifat yang inheren dalam organisme individu itu sendiri”. Misalnya kapasitas fisik  ( perawakan, energi, kekuatan, dan kemenarikannya), dan kapasitas intelektual ( cerdas, normal, dan terbelakang). Meskipun begitu, batas-batas perkembangan kepribadian, bagaimanapun lebih besar dipengaruhi oleh faktor lingkungan.
Contoh untuk pernyataan terakhir di atas: seorang anak yang tubuhnya kecil (kerdil atau kurus) mungkin aakan mengembangkan “ self- concept’’  yang negatif, apabila dia berkembang dalam lingkungan sosial yang sangat menghargai ukuran tubuh yang atletis. Sama halnya dengan seorang wanita yang ukuran tubuhnya gendut dan wajahnya tidak cantik, dia akan merasa infior ( rendah diri), apabila berada dalam lingkungan yang sangat menghargai wanita dari segi kecantikannya. Menurut C.S Hall “dimensi-dimensi temperamen: emosionalitas, aktivitas,agresivitas dan reaktivitas bersumber dari plasma  benih (gen), demikian juga halnya dengan inteligesi’’.
b)       Faktor Lingkungan
Lingkungan adalah “ keseluruhan fenomena (peristiwa, situasi,atau kondisi) fisik/alam atau sosial yang mempengaruhi atau dipengaruhi perkembangan individu”. Faktor lingkungan yang dibahas pada paparan berikut adalah lingkungan keluarga, sekolah, teman sebaya, dan media massa. Faktor lingkungan dapat dibagi menjadi empat bagian yaitu yang pertama adalah
1.      Lingkungan Keluarga
Lingkungan keluarga merupakan sebagai faktor utama penentu perkembangan anak. Alasan tentang pentingnya peranan keluarga bagi perkembangan anaka adalah :
a.       Keluarga merupakan kelompok sosial pertama yang menjadi pusat identifikasi anak
b.      Keluarga merupakan lingkungan pertama yang mengenalkan nilai-nilai kehidupan kepada anak
c.       Orang tua dan anggota keluarga lainnya merupakan “significant people” bagi perkembangan kepribadian anak
d.      Keluarga sebagai institusi yang memfasilitasi kebutuhan dasar insani (manusiawi), baik yang bersifat fisik-biologis, maupun sosiopsikologis
e.       Anak banyak menghabiskan waktunya di lingkungan keluarga

2.         Lingkungan Sekolah
Hurlock (1986: 322) mengemukakan bahwa sekolah merupakan faktor penentu bagi perkembangan kepribadian anak, baik dalam cara berpiki, bersikap, maupun berperilaku. Sekolah berperan sebagai substitusi keluarga, dan guru sebagai substitusi orang tua.

3.         Kelompok Teman Sebaya (Peer Group)
Kelompok teman sebaya sebagai lingkungan sosial bagi anak mempunyai peranan yang cukup penting bagi perkembangan dirinya. Melalui kelompok sebaya, anak dapat memenuhi kebutuhannya untuk belajar berinteraksi sosial, belajar menyatakan pendapat dan perasaan, belajar merespons atau menerima pendapat dan perasaan orang lain, belajar tentang norma-norma kelompok, dan memperoleh pengakuan dan penerimaan sosial.

4.         Media Massa
Salah satu media massa yang dewasa ini sangat menarik perhatian warga masyarakat, khususnya anak-anak adalah televisi. Televisi. Televisi sebagai media massa elektronik  mempunyai missi untuk memberikan informasi, pendidikan, dan hiburan kepada para pemirsanya.

c)        Kecerdasan
Arthur Jensen (1969) mengemukakan pendapatnya bahwa kecerdasan itu diwariskan (keturunan). Ia mengemukakan bahwa lingkungan dan budaya hanya mempunyai peranan minimal dalam kecerdasan. Dia telah melakukan beberapa penelitian tentang kecerdasan, diantaranya ada yang membandingkan tentang anak kembar yang berasal dari satu telur (identical twins) dan dari dua telur (fraternal twins). Identical twins memiliki genetik yang identik, karena itu kecerdasan seharusnya sama. Fraternal twins pada anak sekandung genetiknya tidak sama karena itu IQ-nya pun tidak sama. Menurut Jense IQ yang diukur dengan tes kecerdasan yang baku merupakan indikator kecerdasan yang baik.

d)       Temperamen
Temperamen adalah gaya perilaku karakteristik individu dalam merespons. Ahli-ahli perkembangan sangat tertarik mengenai temperamen bayi. Sebagian bayi sangat aktif menggerak-gerakkan tangan, kaki dan mulutnya dengan keras, sebagian lagi lebih tenang, sebagian anak menjelajahi lingkungannya dengan giat pada waktu yang lama dan sebagainya lagi tidak demikian.
Menurut Thomas & Chess (1991) ada tiga tipe dasar temperamen yaitu mudah, sulit dan lambat untuk dikembangkan.
1)      Anak yang mudah umumnya mempunyai suasana hati yang positif dan dapat dengan cepat membentuk kebiasaan yang teratur, serta dengan mudah pula menyesuaikan diri dengan pengalaman baru
2)      Anak yang sulit cenderung untuk bereaksi secara negatif serta sering menangis dan lambat untuk menerima pengalaman-pengalaman baru.
3)      Anak yang lambat untuk dibangkit mempunyai tngkat kegiatan yang rendah, kadang-kadang negatif dan penyesuaian diri yang rendah dengan lingkungan atau pengalaman baru


D.      Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Intelegensi Peserta Didik

1)        Pembawaan : pembawaan ditentukan oleh sifat-sifat dan ciri-ciri yang dibawa sejak lahir. “batas kesanggupan kita”, yakni dapat tidaknya memecahkan suatu soal, pertama-tama ditentukan oleh pembawaan kita.dan perbedaan individu itu masi tetap ada.
2)        Kematangan : tiap organ dalam tubuh manusia mengalami pertumbuhan dan perkembangan. tiap organ (fisik maupun psikis) dapat dikatakan telah matang jika ia Telah mencapai kesanggupan menjalankan fungsinya masing-masing. Dan arus disadari bahwa kematangan kematangan berhubungan erat dengan umur. 
3)        Pembentukan : pembetukan adalah segala keadaan di luar diri seseorang yang mempengaruhi perkembangan intelegensi. Dapat kita bedakan pembentukan sengaja (seperti yang dilakukan di sekolah-sekolah) dan pembentukan tidak sengaja (pengaruh alam sekitar).
4)        Minat dan pembawaan yang khas : minat mengerahkan perbuatan kepada suatu tujua dan merupakan dorongan bagi perbuatan itu. Dalam arti manusia terdapat dorongan-dorongan (motif-motif) yang mendorong manusia untuk berinteraksi dengan dunia luar. Motif menggunakan dan menyelidiki dunia luar. Dari manipulasi dan eksplorasi yang dilakukan terhadapdunia luar itu, lama kelamaan timbullah minat terhadap sesuatu.
5)        Kebebasan : kebebasan berarti bahwa manusia itu dapat memilih metode-metode yang tertentu dalam memecahkan masalah-masalah. Manusia mempunyai kebebasan memilih masalah sesuai dengan kebutuhanya. Dengan adany kebebasan ini berarti bahwa minat itu tidak selamaya menjadi syarat dalam perbuatan intelegensi. 


E.       Strategi Pembelajaran Multiple Intelligences (MI)
Strategi pembelajaran MI pada hakikatnya adalah upaya mengoptimalkan kecerdasan majemuk yang dimiliki oleh setiap individu (siswa) untuk mencapai kompetensi tertentu yang dituntut oleh sebuah kurikulum.
Amstrong (2002) seorang pakar di bidang Multiple Intelligences mengatakan, bahwa dengan teori kecerdasan majemuk memungkinkan guru mengembangkan strategi pembelajaran inovatif yang relatif baru dalam dunia pendidikan. Meskipun demikian, ia menambahkan, bahwa tidak ada rangkaian strategi pembelajaran yang bekerja secara efektif untuk semua siswa. Setiap siswa memiliki kecenderungan tertentu pada kedelapan kecerdasan yang ada. Oleh karena itu suatu strategi mungkin akan efektif pada sekelompok siswa, tetapi akan gagal bila diterapkan pada kelompok lain. Dengan dasar ini sudah seharusnya guru memperhatikan jenis kecerdasan yang menonjol pada masing-masing siswa agar dapat menentukan strategi pembelajaran yang tepat untuk mengoptimalkan potensi yang ada diri siswa. Meskipun demikian tidak tertutup kemungkinan bahawa setiap strategi yang ada pada masing-masing kecerdasan dapat diimplemtasikan untuk semua mata pelajaran yang ada dalam kurikulum. Misalnya strategi pembelajaran Matematis-Logis dapat diimplematasikan bukan saja dalam mata pelajaran Matematika, tetapi juga dapat diimplementasikan dalam mata pelajaran lainnya seperti Bahasa, Fisika, atau mata pelajaran yang menuntut unsur logika di dalamnya.
Satu hal yang harus diingat adalah bahwa teori MI bukan saja merupakan konsep kecerdasan yang ada pada diri masing-masing individu, tetapi juga merupakan strategi pembelajaran yang ampuh untuk menjadikan siswa keluar sebagai juara pada jenis kecerdasan tertentu. Gardner (2003) mengatakan, sebab pada dasarnya setiap individu memiliki satu atau lebih kecerdasan yang menonjol dari delapan kecerdasan yang ada. Bukankah Einstein yang dikatakan cerdas juga mempunyai kelemahan pada jenis kecerdasan lainnya? Einstein adalah orang  yang sangat cerdas pada dua jenis kecerdasan yaitu Matematis-Logis dan Spasial. Sementara untuk jenis kecerdasan yang lain, ia tidak terlalu menonjol.
Strategi pembelajaran MI pada praktiknya adalah memacu kecerdasan yang menonjol pada diri siswa seoptimal mungkin, dan berupaya mempertahankan kecerdasan lainnya pada standar minimal yang ditentukan oleh lembaga atau sekolah. Dengan demikian penggunaan strategi pembelajaran MI tetap berada pada posisi yang selalu menguntungkan bagi siswa yang menggunakannya. Satu hal yang pasti, siswa akan keluar sebagai individu yang memiliki jati diri, yang potensial pada salah satu atau lebih dari delapan jenis kecerdasan yang dimilikinya.
























BAB III
PENUTUP
A.      Kesimpulan
kecerdasaan adalah kemampuan yang dimiliki setiap orang. Kecerdasan yang dimilik satu orang dengan orang yang lain tidaklah sama karena kecerdasan itu banyak sekali jenisnya. Keanekaragaman dari kemampuan atau kecerdasaan seseorang disebut dengan kecerdasan majemuk (multiple intelegensi).
Menurut Howard Gardener dalam setiap diri manusia ada 8 macam kecerdasan, yaitu kecerdasan linguistik, kecerdasan logik matematik, kecerdasan visual dan spasial, kecerdasan musik, kecerdasan interpersonal, kecerdasan intrapersonal, kecerdasan kinestetik, kecerdasan naturalis.
Faktor-faktor yang memengaruhi perkembangan adalah Faktor Genetika (Hereditas), Faktor Lingkungan, Kecerdasan, Temperamen.
















DAFTAR PUSTAKA

Sumantri, M dan Syaodih, N. 2009. Perkembangan Peserta Didik. Jakarta: Universitas Terbuka.
Supriadi, Oding. 2010. Perkembangan Peserta Didik. Yogyakarta : PT. Kurnia Kalam
                Semesta
Yusuf L.N., S dan Sugandhi. 2012. Perkembangan Peserta Didik. Jakarta: PT Raja Grafindo Persada. 



Pengentasan Kemiskinan Dalam Perspektif Hindu

BAB I
PENDAHULUAN
1.1  Latar Belakang
Masalah kemiskinan adalah masalah yang klasik, sangat klasik. Kemunculannya di dunia sudah berabad-abad yang lalu, yang sampai sekarang permasalahannya masih merupakan beban bagi bangsa-bangsa di dunia dan sulit diatasi. Jangankan di negara yang sedang berkembang, lebih-lebih di Negara miskin, sedangkan di negara yang sudah maju pun seperti Amerika Serikat, kemiskinan masih mewarnai negeri ini.
Meskipun demikian agama Hindu memberikan ajaran yang dapat mengentaskan kemiskinan yang dapat mengurangi dampak kemiskinan di dunia khususnya di Indonesia. Ada beberapa sebab-sebab kemiskinan yaitu, faktor alam, faktor kebodohan, dan budaya kemiskinan yang menyebabkan kemiskinan menjadi beranak pinak.
1.2  Rumusan Masalah
Dari latar belakang diatas dapat diambil rumusan masalah yaitu:
  1. Bagaimanakah masalah pengentasan kemiskinan sebagai realisasi sraddha di Indonesia?
  2. Bagaimana cara mendorong kegiatan usaha dan ketahanan orang Hindu dalam pengentasan kemiskinan?
  3. Bagaimanakah upaya-upaya pengentasan kemiskinan lewat struktur masyarakat dewasa ini?
1.3  Tujuan Penulisan
  1. Untuk mengetahui masalah pengentasan kemiskinan sebagai realisasi sraddha di Indonesia
  2. Untuk mengetahui cara mendorong kegiatan usaha dan ketahanan orang hindu dalam pengentasan kemiskinan
  3. Untuk mengetahui upaya-upaya pengentasan kemiskinan lewat struktur masyarakat dewasa ini



















BAB II
PEMBAHASAN

2.1  Masalah Pengentasan Kemiskinan Sebagai Realisasi Sraddha di Indonesia
A.    Batasan Kemiskinan dari Kacamata Hindu Dharma
Seseorang disebut miskin bukannya disebut miskin harta saja, tetapi kemiskinan yang dengan sifat-sifat yang melekat pada pribadi seseorang seperti sifat kikir., loba, tidak tulus hati dan keji dan sebagainya. Salah satu akibat menonjol dari sifat-sifat itu adalah seseorang tidak dapat berbuat dana punia atau amal sedekah. Dana punia yaitu pemberian sedekah dengan tulus ikhlas yang baik dan suci, dapat dijadikan dasar menilai miskin tidaknya seseorang. Sebab berbuat amal sedekah tidak hanya menyangkut definisi fisik atau tepatnya kepemilikan harta, melainkan juga menyangkut dimensi rohani (mentalitas).
Kemiskinan rohani dan kemiskinan harta, dua kemiskinan yang kadang-kadang bersifat kualistik. Kemiskinan yang satu menyebabkan kemiskinan yang lain sehingga, akibat kemiskinan itu menyebabkan semakin miskinnya seseorang. Tetapi miskin harta tidak selalu menyebabkan miskin rohani.
  1. Sebab-sebab Kemiskinan
1.      Faktor Alam:
-          Daerah yang tanahnya tandus
Masyarakat pemukiman hanya menggantungkan ekonominya hanya dari hasil panen, padahal hasil panennya hanya sedikit. Tidak dapat mencukupi kebutuhan
-     Daerah yang letaknya terisolasi
Masyarakat pemukim sulit berkomunikasi dengan dunia luar karena belum adanya sarana perhubungan yang memadai (jalan).
-     Daerah Rawan Bencana
Masyarakat yang bermukim di daerah yang secara rutin terserang bencana banjir, angina rebut, gempa bumi dan sebagainya, sehingga masyarakat sulit untuk menghimpun dana untuk mencukupi kebutuhan hidupnya.
2.      Faktor kebodohan
Masyarakat yang tidak dapat kesempatan untuk belajar atau menuntut ilmu sehingga mereka tidak mempunyai pengetahuan dan keterampilan kerja, sehingga mereka tidak dapat bersaing dengan pencari kerja yang sudah terdidik.
3.      Budaya Kemiskinan
Masyarakat buruh dan pengemis, karena serba keterbatasan mereka, sehingga mereka sulit sekali untuk mengentaskan diri mereka sendiri pada kemiskinan. Mereka beranak pinak juga sebagi buruh dan pengemis, bahkan ada masyarakat pengemis. Mereka tidak mau mengubah kebiasaan mengemis dengan alas an kebudayaan dan mereka tidak mau bekerja, misalnya masyarakat Trunyan di Kintamani, Bali
  1. Kiat Pengentasan Kemiskinan
1.      Pengumpulan Dana Punia
Oleh karena Masyarakat Indonesia adalah masyarakat beragama, sedangkan agama mereka masing-masing menganjurkan kepada pengikutnya untuk berderma, berdarma punia, maka secara rutin mengumpulkan dana secara terpadu dan kemudian diserahkan kepada pemerintah. Pemerintah dapat mengaturnya dan kemudian dipadukan dengan program-program pemerintah dalam bidang pendidikan, kesehatan dan lain-lain. Pengetahuan pengawasan penggunaan dana SDBD, ada kebocoran atau tidak dan juga dipadukan dengan dana dari masyarakat. Bagi umat Hindu khususnya dalam kitab Saramuschaya sudah diatur bahwa 30% dari pendapatan bersih disumbangkan untuk dana punia.
2.      Meningkatkan dan Memeratakan Pendidikan dan Keterampilan Masyarakat
3.      Meningkatkan Pelayanan Kesehatan Masyarakat
4.      Memperluas Lapangan Kerja
a.       membuka atau mencetak lahan persawahan baru
b.      memanfaatkan pulau-pulau yang belum berpenghuni
5.      Menggalakkan Transmigrasi
Transmigrasi pertanian, transmigrasi PIR, transmigrasi untuk tenaga pabrik, dan sebagainya.
            6.  Meningkatkan kualitas mental spiritual menurut agama masing-masing
2.2 Mendorong Kegiatan Usaha dan Ketahanan Orang Hindu dalam Pengentasan Kemiskinan
A.    Bekerja Keras Adalah Perintah Tuhan Yang Harus Dilaksanakan
            Masih banyak orang mempunyai pengertian bahwa orang yang selalu sibuk bekerja adalah bukan orang yang taat beragama Hindu. Masih banyak orang yang mempunyai pengertian bahwa orang yang beragama Hindu itu adalah orang yang lebih banyak menggunakan waktunya bukan untuk bekerja, dan orang yang beragama itu harus hidup seperti orang yang tanpa kewajiban untuk bekerja, dan lebih ekstrim lagi orang beragama itu harus seperti orang miskin dengan pakaian seadanya. Pandangan itu terjadi karena kekurangan pengetahuan saja.
            Bahwa sebenarnya Tuhan sendiri memerintahkan kepada umat manusia untuk bekerja keras. Seperti yang tertulis dalam Pustaka Suci Bhagawadgita Bab III yang terjemahannya adalah sebagai berikut:
Dari itu laksanakanlah segala kerja, sebagai kewajiban tanpa harap keuntungan pribadi, sebab kerja tanpa harap keuntungan pribadi, membawa orang pada kebahagiaan
Seorang dagang atau pengusaha mencari keuntungan dengan memenuhi segala tanggung jawabnya yaitu antara lain:
1.      Tanggung jawab kepada negara, yaitu membayar pajak
2.      Tanggung jawab kepada karyawan/karyawati, yaitu membayar gaji atau upah
3.      Tanggung jawab kepada anak dan istri, yaitu memberi perumahan, makanan, pakaian, pendiidkan dan sebagainya
4.      Tanggung jawab kepada masyarakat dan agama seperti berdana punia kepada tempat suci (pura), masyarakat dan para pendeta
Oleh karena itu, sedah sangat jelas bahwa Tuhan sendiri telah memerintahkan untuk melaksanakan segala kerja (yang sesuai dengan dharma) maka kita semua tidak ragu lagi untuk menekuni segala kerja atau profesi termasuk menjadi pengerajin, pedagang, seniman, pelukis, pematung, notaris, dokter, ahli hokum dan lain sebagainya.
B.     Belajar Dari Masa Lalu dan Mengambil Hikmah, Pendirian / Pembangunan Indraprasta
Jika orang berpikir sempit dan pendek, pasti tidak bias menerima suatu keputusan pembagian Kerajaan Astina dimana Pandawa mendapat daerah gersang semak belukar sebagai bagiannya. Berbeda dengan Korawa yang mendapat daerah subur dan kota yang sudah jadi. Bahkan adik-adik Yudistira pun tidak senang dengan keputusan ini dan menolak. Bahkan hampir semua adik Yudistira kukuh dengan keputusannya menerima pembagian tersebut.
Situasi yang sama juga dihadapi oleh setiap wiraswasta pemula ketika ia memastikan dirinya menggeluti bidang usaha swasta yang baru. Hambatan dan tantangan begitu besar, namun jika benar-benar ditekuni dengan bersemangat seperti Pandawa mendirikan Indraprasta, maka Tuhan akan menyertai, Para Dewa dan Malaikat akan membantu bekerjasama. Syaratnya adalah bekerja berlandaskan dharma.
C.     Pengentasan Kemiskinan dan Meningkatkan Kemakmuran Memerlukan Waktu dan Proses
Kita semua percaya kepada Hukum Dasar Agama Hindu, yaitu Hukum Karma Phala. Kita percaya akan hokum besi, yaitu hokum sebab akibat. Oleh karena itu kita harus mau dan tekun berusaha mengentaskan kemiskinan dan mewujudkan kemakmuran. Tetapi kita harus mau bersabar dengan waktu karena semua memerlukan suatu proses. Contoh konkret berkembang pesatnya pariwisata sekarang ini adalah suatu proses panjang.

2.3  Upaya-upaya Pengentasan Kemiskinan lewat Struktur Masyarakat Dewasa Ini

A.    Kemiskinan Struktural
Prof Sarbini Sumawinata dalam sebuah tulisan di majalah Prisma mengemukakan “Kemiskinan structural yang kita warisi dari zaman colonial dan sejarah dengan jelas membuktikan bahwa ini disebabkan oleh kedatangan kapitalisme dalam bentuk kolonialisme hanya dapat dibrantas dengan perombakan struktur itu sendiri”
Kemiskinan secara bertahap baru akan dapat dipecahkan jika struktur ekonomi, politik dan sosial budaya yang merupakan penyebab structural dari kemiskinan itu sendiri, secara bertahap harus diperbaiki.
Secara lebih konkret, stuktur ekonomi, politik, sosial budaya, kalau disederhanakan secara umum adalah sebagai berikut:
1.      Dalam struktur ekonomi terpancar: relative mudahnya sekelompok kecil pengusaha untuk memperoleh perlakuan khusus, bahkan fasilitas istimewa,sedangkan mayoritas pengusaha menengah dan kecil selalu dihadapkan kepada kendala-kendala structural untuk bisa bertahan hidup.
2.      Dalam struktur politik terlihat: sebagian pelaku politik dari system politik yang ada, diduga lebih berorientasi ke atas, sehingga konsekuensinya perjuangan untuk membela hak-hak rakyat, masih jauh dari harapan rakyat banyak.
3.      Dalam struktur sosial budaya, sisa-sisa feodalisme sebelum proklamasi kemerdekaan tetap tampak dan muncul feodalisme baru sehingga terciptanya struktur sosial budaya yang  memberikan peluang lebih besar untuk mengangkat harkat martabat dan derajat manusia adalah sesuatu yang masih memerlukan perjuangan panjang yang harus dilalui.
Jika demikian adanya, dari pihak mana diharapkan terjadi pengambilan inisiatif yang lebih besar sehingga terjadiperubahan struktur seperti yang diharapkan masyarakat luas. Ada 3 (tiga) pihak yang dapat melakukan hal ini yakni:
1.      Pihak pemerintah, yaitu sebagai pemegang kekuasaan politik dan pengelola uatama sumber daya ekonomi bangsa dan Negara. Akan tetapi karena hokum  dan dinamika kekuasaan itu sendiri yang cenderung untuk mempertahankan status quo, maka program perubahana struktur yang dirancang pemerintah sudah tentu dilihat dari “kaca mata” kepentingan pemerintah, sehingga akan berjalan relative lamban.
2.      Masyarakat kelas menengah yang terdiri atas: kaum intelektual, mahasiswa, pemimpin surat kabar, kaum pengusaha dan pedagang pribumi, ahli hokum, dan kelompok-kelompok professional lainnya.
3.      Elite politik yang berada dalam lembaga perwakilan rakyat. Namun demikian karena ada sejumlah kendala structural yang harus dihadapi, upaya reformasi structural yang  dilakukannya, belum tentu dapat memenuhi aspirasi masyarakat luas.
B.     Pengentasan Kemiskinan, Panggilan Keagamaan
Jika diproyeksikan reformasi struktural akan berjalan lamban, barangkali kondisi ini yang dianggap baik, untuk berlangsungnya proses evolusi secara damai, agama Hindu memiliki sumbangan dalam upaya pengentasan kemiskinan yang momentumnya cukup baik dewasa ini
Misalnya dalam ayat-ayat suci Weda yang memberikan inspirasi, panduan, pegangan dan hubungan antara manusia, kita akan dengan mudah menemukan rangkuman nilai yang memuat: kesamaan dan persamaan manusia, kedamaian, keharmonisan, kesejahteraan bersama.
Kalau demikian adanya, umat Hindu semestinya menjadi semakin sadar bahwa: upaya kita untuk membantu menciptakan struktur ekonomi yang lebih adil, struktur politik yang berorientasi kerakyatan, struktur sosial budaya yang lebih manusiawi yang memberikan sumbangan berharga bagi pengentasan kemiskinan structural adalah sebuah swadharma, sebuah panggilan keagamaan.























BAB III
PENUTUP

3.1  Kesimpulan
Seseorang disebut miskin bukannya disebut miskin harta saja, tetapi kemiskinan yang dengan sifat-sifat yang melekat pada pribadi seseorang seperti sifat kikir., loba, tidak tulus hati dan keji dan sebagainya. Salah satu akibat menonjol dari sifat-sifat itu adalah seseorang tidak dapat berbuat dana punia atau amal sedekah.
Sebab-sebab Kemiskinan ada 3 (tiga) diantaranya: (a)Faktor alam, (b)Faktor kebodohan, (c)Budaya kemiskinan. Kiat pengentasan kemiskinan yaitu, pengumpulan dana punia, meningkatkan dan memeratakan pendidikan dan keterampilan masyarakat, meningkatkan pelayanan kesehatan masyarakat, memperluas lapangan kerja, menggalakkan transmigrasi, meningkatkan kualitas mental spiritual menurut agama masing-masing.
















Daftar Pustaka

Ngurah Bagus, I Gusti. 1989. Beberapa Permasalahan Sosial dalam Perspektif Hindu Dharma. PT. Upada Sastra. Denpasar.
Majalah-hindupraditya.blogspot.com/2012/06/mencari-solusi-masalah-entaskan-permasalahan-di.html. Diakses Jumat, 14 Maret 2014, pukul 17.45

Www.natanews/1434/prof-dawam-raharjo-pengentasan-kemiskinan.html. Diakses Jumat, 14 Maret 2014, pukul 16.37