BAB I
PENDAHULUAN
1.1` Latar Belakang
Perubahan dan dinamika merupakan
suatu ciri yang sangat hakiki dalam masyarakat dan kebudayaan. Adalah suatu fakta yang tak terbantahkan,
bahwa “perubahan” merupakan suatu penomena yang selalu mewarnai perjalanan
sejarah setiap masyarakat dan kebudayaannya. Tidak ada suatu masyarakatpun yang
statis dalam arti yang absolut. Masyarakat dan kebudayaan Bali bukanlah suatu
perkecualian dalam hali ini. dengan lain perkataan, Bali selalu mengalami
perubahan dari masa ke masa, bahkan dari hari ke hari. Perubahan masyarakat dan
kebudayaan Bali – sebagaimana juga halnya dengan daerah lain – sangat
dipengaruhi oleh berbagai faktor, baik
merupakan faktor internal (dinamika kebudayaan Bali sendiri) maupun faktor eksternal (pengaruh kebudayaan
luar) , baik faktor sosekbud maupun faktor faktor alam fisik dan demografis.
Sebagaimana diramalkan oleh Covarrubias, kini terbukti bahwa perkembangan
kepariwisataan telah membawa energi dobrak yang sangat dahsyat sehingga
menyebabkan perubahan-perubahan yang sangat struktural bagi masyarakat dan
kebudayaan Bali.
Masalah
perubahan sosial dan budaya memang telah sejak lama menjadi topik yang
menggiurkan para ahli sosiologi dan antropologi, dengan berbagai pendekatan dan
teori yang dikembangkan. Hampir setiap buku teks pengantar sosiologi dan
antropologi akan mengetengahkan topik ini, dengan berbagai aliran mulai dari
zamannya August Komte, Emile Durkheim, Levi-Strauss, Malinowski, Radcliff
Brown, Max Weber, Talcott Parsons, Pitirim Sorokim, Clifford Geertz, samapai
pada Anthony Giddens, Derride, Michel Foucault dan aliran post-modernisme.
Dalam hal ini, berdasarkan kajian yang telah ada, pendapat para pakar dapat
dikelompokkan atas (1) kelompok pesimistis di satu pihak, dan (2) kelompok
optimistis pihak lain. Sebagaimana biasa dari dua kutub yang saling
bertentangan, ada juga kelompok yang berdiri diantara keduanya, yaitu (3)
kelompok moderat. Kelompok yang pesimistis mengatakan bahwa kebudayaan Bali
telah meluntur, telah meleleh, larut dalam budaya Barat, dan manusia Bali telah
kehilangan kebaliannya, sementara kelompok yang optimistis mengatakan bahwa
kebudayaan Bali tetap lestari, bahkan
mengalami revitalisasi atau renaisanse, karena kebudayaan Bali mempunyai daya
lentur yang tinggi, fleksibel dan mampu mengadaptasi keudayaan asing tanpa
kehilangan cirinya sendiri. Selanjutnya kelompok moderat mengakui adanya
beberapa perubahan struktural dalam masyarakat Bali, tetapi hal-hal yang
mendasar sebagai esensi kebudayaan Bali masih tetap kuat tumbuh, berakar dan
berkembang subur.
Sesungguhnya
kecemasan dan kekhawatiran terhadap posisi dan kelesatrian kebudayaan Bali dan
manusia Balinya telah ada sejak beberapa puluh tahun yang lalu. Diantara yang
cemas dan khawatir akan kebudayaan Bali yang berubah bukan saja datang dari
kalangan masyarakat Bali, tetapi juga-bahkan lebih- datang dari orang-orang
barat sebab mereka lebih dahulu mengalaminya. Namun didalam dada manusia Bali
dan di dalam perasaan serta hati nurani mereka masih tersedia keyakinan tebal
dan pengharapan yang sangat kokoh untuk tetap melestarikan kebudayaan Bali, di samping
kebudayaan Bali dibiarkan secara terbuka untuk berubah. Tema-tema continuity
and change nampaknya masih kokoh. Biarkan kebudayaan Bali berubah, namun
kebudayaan Bali akan tetap lestari.
1.2 Rumusan
Masalah
Dari Latar Belakang
diatas dapat ditarik beberapa rumusan masalah sebagai berikut :
1. Bagaimana
kebudayaan Bali dilihat dari unsur-unsur kebudayaan?
2. Bagaimana
wujud kebudayaan Bali?
3. Aspek
apa yang berubah dalam kebudayaan Bali?
4. Apa
yang menyebabkan berubahnya aspek dalam kebudayaan Bali??
1.3 Tujuan
Dari rumusan masalah
yang saya dapatkan maka saya dapat menyimpulkan tujuan dari penyusunan makalah
ini adalah sebagai berikut:
1. Untuk
mengetahui kebudayaan Bali dilihat dari unsur-unsur kebudayaannya
2. Untuk
mengetahui wujud kebudayaan Bali
3. Untuk
mengetahui aspek-aspek yang berubah dalam kebudayaan Bali dan
4. Untuk
mengetahui penyebab berubahnya aspek dalam kebudayaan Bali
BAB II
PEMBAHASAN
2.1
Kebudayaan Bali dilihat dari
unsur-unsur Kebudayaan
Kebudayaan sangat erat hubungannya dengan
masyarakat. Melville J. Herskovits dan Bronislaw Malinowski mengemukakan bahwa
segala sesuatu yang terdapat dalam masyarakat ditentukan oleh kebudayaan yang
dimiliki oleh masyarakat itu sendiri. Istilah untuk pendapat itu
adalah Cultural-Determinism. Herskovits memandang kebudayaan sebagai
sesuatu yang turun temurun dari satu generasi ke generasi yang lain, yang
kemudian disebut sebagai superorganic. Menurut Andreas Eppink, kebudayaan
mengandung keseluruhan pengertian nilai sosial,norma sosial, ilmu pengetahuan
serta keseluruhan struktur-struktur sosial, religius, dan lain-lain, tambahan
lagi segala pernyataan intelektual dan artistik yang menjadi ciri khas suatu
masyarakat. Menurut Edward Burnett Tylor, kebudayaan merupakan keseluruhan yang
kompleks, yang di dalamnya terkandung pengetahuan, kepercayaan, kesenian,
moral, hukum, adat istiadat, dan kemampuan-kemampuan lain yang didapat
seseorang sebagai anggota masyarakat. Menurut Selo Soemardjan dan Soelaiman
Soemardi, kebudayaan adalah sarana hasil karya, rasa, dan cipta masyarakat. Dari
berbagai definisi tersebut, dapat diperoleh pengertian mengenai kebudayaan
adalah sesuatu yang akan memengaruhi tingkat pengetahuan dan meliputi sistem
ide atau gagasan yang terdapat dalam pikiran manusia, sehingga dalam kehidupan
sehari-hari, kebudayaan itu bersifat abstrak.
Ada beberapa pendapat ahli yang mengemukakan
mengenai komponen atau unsur kebudayaan, antara lain sebagai berikut yang
pertama pendapat dari Melville J.
Herskovits menyebutkan kebudayaan memiliki 4 unsur pokok yaitu alat-alat teknologi,
sistem ekonomi, keluarga, kekuasaan politik. Selanjutnya pendapat dari Bronislaw
Malinowski mengatakan ada 4 unsur pokok yang meliputi sistem norma sosial yang
memungkinkan kerja sama antara para anggota masyarakat untuk menyesuaikan diri
dengan alam sekelilingnya, organisasi ekonomi, alat-alat dan lembaga-lembaga
atau petugas-petugas untuk pendidikan (keluarga adalah lembaga pendidikan
utama), organisasi kekuatan (politik) dan yang terkhir pendapat dari C.
Kluckhohn mengemukakan ada 7 unsur kebudayaan secara universal (universal
categories of culture) yaitu bahasa, sistem pengetahuan, sistem tekhnologi dan
peralatan, sistem kesenian, sistem mata pencarian hidup, sistem religi, sistem
kekerabatan dan organisasi kemasyarakatan.
Uraian mengenai tujuh
unsur kebudayaan yang bersifat universal dapat dijelaskan sebagai berikut :
1. Bahasa
Bahasa menurut Ensiklopedi
Nasional Indonesia adalah suatu sistem tanda bunyi yang secara sukarela
dipergunakan oleh anggota kelompok sosial untuk bekerja sama, berkomunikasi dan
mengidentifikasi diri. Adapun menurut ilmu antropologi, bahasa merupakan sistem
perlambangan manusia, baik lisan maupun yang tertulis untuk berkomunikasi satu
sama lain. Dalam etnografi bahasa merupakan ciri-ciri terpenting yang diucapkan
oleh setiap suku bangsa disertai variasi-variasi dari bahsa yang bersangkutan.
Bahasa yang berkembang di dunia terdapat bermacam-macam, walaupun terdapat
kemiripan dan persamaan kata dalam tiap jenis bahasa tersebut. Di dunia ini
terdapat lebih dari 1000 bahasa yang berkembang dan digunakan oleh umat
manusia. Sejumlah manusia yang memiiki ciri-ciri ras yang sama, belum tentu
memiliki bahasa yang sama. Bahasa-bahasa yang ada di dunia dapat digolongkan
kedalam beberapa induk bahasa. Ciri-ciri menonjol dari satu suku bangsa dapat
diklasifikasikan berdasarkan beberapa rumpun, subrumpun , keluarga dan sub
keluarga. Hal ini dapat dilihat dari fonetik, fonologi, sintaksis dan semantik
yang diambil dari bahan ucapan (kosakata) yang dipergunakan sehari-hari
masyarakat pendukung ras/suku bangsa tersebut. Bahasa yang digunakan oleh
masyarakat bali tentunya beda dengan masyarakat yang ada di tempat lain
meskipun ada kemiripan sedikit. Bahasa yang digunakan masyarakat bali adalah
bahasa bali, bahasa bali ini dapat dibedakan berdasarkan kepada siapa orang
bali berbicara.
2. Sistem
Peralatan Hidup (Teknologi)
Koentjaraningrat mengemukakan bahwa teknologi adalah
mengenai cara manusia membuat, memakai dan memelihara seluruh peralatannya,
bahkan mengenai cara manusia bertindak dalam keseluruhan hidupnya. Teknologi
lahir ketika manusia mencari dan memenuhi kebutuhan sehari-hari, ketika manusia
mengorganisasikan masyarakat, serta ketika manusia mengekspresikan rasa
keindahan dalam membuat suatu karya seni. Teknologi tradisional pada masyarakat
yang berpindah-pindah dan masyarakat desa yang hidup dari pertanian, menurut
Kontjaraningrat paling sedikit memiliki delapan macam sistem peralatan. Sistem
peralatan hidup dapat juga dilihat di Bali yaitu sebagai berikut:
a. alat-alat
produksi
Alat-alat produksi adalah alat-alat
yang digunakan dalam suatu pekerjaan, misalkan alat yang digunakan oleh
masyarakat Bali untuk menumbuk padi pada zaman dulu dan sekarang tentulah
berbeda.
b. Senjata
Masyarakat bali pada zaman dahulu
tentunya memiliki senjata untuk mempertahankan diri atau membela dirinya pada
zaman kerajaan, senjata masyarakat bali biasanya keris ataupun tombak namun
seiring dengan perkembangan zaman senjata seperti itu sudah jarang digunakan
karena sudah digantikan dengan enjata yang lebih modern misalnya pistol.
c. wadah
d. alat
untuk menyalakan api
e. makanan
dan minuman
Setiap wilayah yang ada di
Indonesia pasti memiliki makanan khasnya daerah tersebut, di Bali makanan yang
sangat khas ada di Bali misalnya lawar, serombotan dan masih banyak lagi yang
lainnya
f. bahan
pembangkit gairah dan jamu-jamuan
g. pakain
Seluruh wilayah di Indonesia
memiliki pakaian tradisionalnya, begitu juga di bali, pada zaman bali tempo
dulu masyarakat bali pada umumnya hanya mengenakan kamen yang digunakan sebagai
pakaian. Pakaian adat Bali berbeda antara yang dipakai oleh laki-laki dan
perempuan dan pakaian adat Bali pada
saat ini dapat dibedakan menjadi tiga yaitu :
ü Pakaian
adat untuk upacara keagamaan
ü Pakaian
adat untuk upacara pernikahan
ü Pakaian
adat untuk aktivitas sehari-hari
Pemakaian
sanggul ke pura oleh remaja putri. Mereka memakai sanggul atau pusung gonjer
sedangkan untuk perempuan dewasa (sudah menikah) menggunakan sanggul sedangkan
untuk laki-laki Bali selain menggunakan kain sebagai pakaian adat Bali. Mereka
juga memakai kampuh gelagan atau dodot yang dipakai hingga menutupi dada.
h. perhiasan
i.
tempat perlindungan atau rumah
Bali merupakan sebuah tempat yang
sangat indah alamnya selain itu juga bali sangat unuk karena rumah adat yang
dimilikinya. Ada sejarah, filosofi, makna dan fungsi mendalam dari sebuah rumah
adat. Rumah adat Bali dibangun
berdasarkan kosala-kosali. Gambaran umum dari arsitektur rumah bali biasanya
banyak dihiasi dengan peralatan, ukiran dan pewarnaan yang khas. Semua detail
tersebut memiliki makna yang tersimpan. Selain untuk memepercantik, biasanya
tambahan tersebut ditujukan untuk ritual tertentu. Jika dilihat dari dari sisi
geografis, ada dua jenis rumah bali yaitu rumah bali yang ada di dataran tinggi
dan rumah adat bali yang ada di dataran rendah. Rumah adat bali yang ada di
dataran tinggi pada umumnya berukuran kecil dan memiliki ventilasi yang
sedikit, beratap rendah, ini dimaksud untuk menjaga suhu agar tetap hangat
selain itu juga pekarangan rumah juga sempit karena kontur tanah yang tidak
rata dan aktivitas sehari-hari kebanyakan di dalam rumah. Rumah adat bali yang
ada di daerah dataran rendah pada umumnya memiliki ciri sebaliknya
j.
alat transportasi.
3. Sistem
Mata Pencaharian
Secara umum para
ahli antropologi memusatkan perhatiannya pada sistem mata pencaharian. Hal ini
terbatas pada sistem yang bersifat tradisional karena perhatian antropologi
adalah pada kebudayaan suatu suku bangsa. Sistem mata pencaharian tersebut
diantaranya :
a. Beternak
b. Bercocok
tanam
c. Menangkap
ikan
d. Pengrajin
e. Pedagang
f. Pegawai
Masyarakat bali
pada zaman dulu dalam sistem mata pencahariannya sebagaian besar sebagai petani
ini didukung oleh keadaan geografis Bali sangat subur dan sangat cocok ditanam
tanaman apa saja karena tanaman tersebut akan mampu tumbuh dengan subur, tidak
hanya di daerah persawahan di daerah perkebunan tanaman yang ditanam akan mampu
tumbuh subur ini juga di dukung oleh sistem pertanian bali yang sering dikenal
dengan sistem subak. Selain menjadi petani masyarakat Bali juga sebagai
pengrajin dan menghasilkan barang-barang seni, barang-barang seni ini dapat
berupa anyaman, patung, ukiran dan lukisan
yang nantinya dapat dijual kepada para wisatawan asing yang berkunjung
ke Bali, tempat yang dinak sebagai pusat seni di Bali pada saat ini adalah di
Ubud, karena tempat ini merupakan tempat yang paling banyak menghasilkan seni.
4. Organisasi
Sosial
Kehidupan
bermasyarakat diatur dan diorganisasi oleh adat istiadat beserta aturan-aturan
mengenai bermacam-macam kesatuan dalam lingkungan hidup dan bergaul. Kesatuan
sosial yang paling dekat adalah kekerabatan dan kesatuan-kesatuan diluar
kerabat, tetapi masih dalam lingkungan komunitas. Pada masyarakat tradisional,
sistem kekerabatan berpengaruh besar dan sangat mengikat diantara mereka.
Seiring dengan perkembangan zaman, fungsi kesatuan kekerabatan biasanya mulai
berkurang dan agak longgar. Walaupun demikian, masih banyak suku-suku bangsa di
dunia yang masih memegangnya, seperti di daerah-daerah yang berkebudayaan
agraris misalnya di Bali. Para ahli
antropologi telah banyak meneliti mengenai macam-macam sistem kekerabatan,
organisasi masyarakat komunitas desa, serta komunitas kecil dan penggolongan
masyarakat atau pelapisan sosial. Menurut L. H. Morgan, macam-macam sistem kekerabatan
didunia erat kaitannya dengan sistem istilah kekerabatan. Susunan masyarakat
berdasarkan kekerabatan dapat dibedakan menjadi beberapa kelompok, yaitu
sebagai berikut :
a. Garis
Keturunan Bapak (Patrilineal)
b. Garis
Keturunan Ibu (Matrilinial)
c. Garis
Parental
d. Doubleunilateral
e. Alternered
Dasar-dasar
pokok sistem sosial kemasyarakatan orang Bali menurut Geria (2006:63) bertumpu
pada empat landasan utama, yaitu kekerabatan, wilayah, agraris dan kepentingan
khusus. Ikatan kekerabatan telah membentuk sistem kekerabatan dan
kelompok-kelompok kekerabatan. Sistem kekerabatan masyarakat Bali umumnya
berlandaskan prinsip Patrilineal. Kelompok-kelompok kekerabatan merentang dari
unit kecil, yaitu keluarga inti, meluas keunit menengah keluarga luas, sampai
dengan klan patrilineal. Ikatan kesatuan wilayah terwujud dalam bentuk
komunitas desa adat dengan sub sistemnya banjar-banjar. Dalam bidang kehidupan
agraris berkembang organisasi subak. Selanjutnya, dalam ikatan-ikatan kelompok
kepentingan khusus terwujud sebagai organisasi sekaa.
5. Sistem
Pengetahuan
Sistem
pengetahuan yang dimaksud dalam kebudayaan adalah merupakan uraian dari
cabang-cabang pengetahuan. Setiap suku bangsa biasanya mengetahui pengetahuan
berdasarkan pokok kajiannya sebagai berikut :
a. Alam
Sekitar
b. Tumbuhan
c. Binatang
d. Tubuh
Manusia
e. Sifat
dan Tingkah Laku Manusia
f. Ruang
dan Waktu
Sistem
pengetahuan yang berkembang di Bali sangatlah memiliki perjalanan yang sangat
panjang mulai dari pada zaman kerajaan sampai masa saat ini. Perkembangan ilmu
pengetahuan di Bali erat kaitanya perjalanan Mpu dan para Rsi yag datang ke
Bali dalam menyebarkan agama Hindu, ajaran-ajaran dan ilmu pengetahuan yang
dimulai dengan dibangunnya sebuah pesraman. Dalam perkembangan ilmu pengetahuan
saat ini dan mengalami pengaruh dari luar, pengetahuan di Bali sudah sangat
berkembang tanpa menghilangkan kebudayaan asli bali misalkan pesraman yang
merupakan tempat belajar bagi masyarakat pada saat dulu masih dijaga dengan
baik sampai saat ini.
6. Sistem
Religi
Religi biasanya
disamakan dengan agama. Menurut Ensiklopedi Nasional Indonesia, agama adalah
aturan/ tata cara hidup manusia dalam hubungannya dengan Tuhan dan sesamanya.
Agama mencakup tata tertib upacara sebagai tata cara untuk langsung berhubungan
dengan Tuhan. Agama juga disebut sebagai pedoman hidup umat manusia, pedoman
bagaimana dia harus berpikir, bertingkah laku dan bertindak sehingga tercipta
suatu hubungan serasi antara manusia dan hubungan erat dengan Tuhan. Dalam
kaitannya dengan kebudayaan, sistem religi memiliki tiga unsur, yaitu sebagi
berikut :
a. Sistem
Keyakinan
Sistem keyakinan secara khusus
mengandung banyak sub-unsur. Para ahli antropologi menaruh perhatian kepada
para dewa, sifat dan tanda-tanda dewa, konsepsi tentang makhluk halus, konsepsi
tentang dewa tertinggi dan penciptaan alam semesta, kosmologi, konsepsi tentang
hidup dan mati, serta konsepsi tentang dunia roh dan akhirat
b. Sistem
Upacara Keagaman
Dalam sistem upacara keagamaan,
para ahli antropologi menekankan pada empat aspek. Pertama, tempat upacara keagamaan dilakukan seperti makam, candi,
pura, kuil, gereja dan masjid. Kedua,
saat-saat upacara keagamaan, Ketiga,
benda0benda yang digunakan dalam upacara seperti patung-patung dewa dan alat
bunyi-bunyian, Keempat, Para pelaku
upacara keagamaan
c. Suatu
Umat yang Menganut Religi
Secara khusus unsur ini meliputi
masalah-masalah pengikut suatu agama, hubungan antar pemeluk agama, hubungan
dengan pemimpin agama dan organisasi para penganut, kewajiban, serta hak-hak
penganutnya.
Perkembangan sistem religi di Bali sudah dimulai
pada saman kerajaan-kerajaan di Bali, pada umumnya masyarakat bali merupakan
masyarakat yang mayoritas beragama Hindu namun tidak menutup kemungkinan lain
bahwa dari sejak dulu di Bali sudah
bekembang agama lain seperti agam Islam dan seiring dengan perkembangan zaman
di Bali mulai muncul berbagai kepercayaan atau agama yang masuk ke Bali seperti
agama Kristen.
7. Kesenian
Kesenian adalah
suatu ekspresi manusia akan keindahan dengan latar belakang tradisi atau sistem
budaya masyarakat pemilik karya seni tersebut. Dalam karya seni tersirat pesan
dari masyarakatnya yang berupa pengetahuan, gagasan, kepercayaan, nilai dan
norma. Menurut Koentjaraningrat, berdasarkan jenisnya kesenian dibagi menjadi
dua yaitu sebagai berikut
a. Seni
rupa, yaitu kesenian yang dinikmati manusia dengan mata. Seni yang termasuk
dalam seni rupa adalah seni patung, seni ukir dan seni lukis
b. Seni
suara, yaitu kesenian yang dinikmati oleh manusia dengan telinga. Seni yang
termasuk dalam seni suara adalah seni vokal, seni instrumental dan seni sastra.
Selain memiliki
fungsi sebagai ekspresi dari hasrat manusia akan keindahan, kelompok kecil
kesenian juga memiliki fungsi sosial. Misalnya, dalam pemujaan terhadap dewa
yang berperan dalam kehidupan mereka dan roh nenek moyang. Dengan demikian,
antara kesenian dan religi terdapat suatu hubungan, misalnya dalam upacara
pemujaan terhadap arwah nenek moyang atau para dewa biasanya digunakan
alat-alat musik untuk menciptakan harmoni yang indah dan digambarkan dalam
gerak tarian-tarian yang indah.
Pulau Bali merupakan pulau yang sangat kaya akan
nilai seni, mulai dari seni tarian, seni musik, seni ukiran dan seni arsitektur
yang dapat dikelompokkan sebagai berikut :
Seni
Tari : Seni tarian tradisional Bali ini memiliki khas yang berbeda dengan tari
tradisional wilayah lainya di Indonesia. Berikut tari Tradisional Bali yang
Populer :
ü Tari
Baris Tunggal : Merupakan satu tarian
yang sakral yang digunakan sebagai pelengkap dalam upacara keagaman Hindu di
Bali.
ü Tari
Barong : Merupakan tarian
khas Bali yang berasl dari khazanah kebudayaan Pra-Hindu. Tarian ini
menggambarkan pertarungan antara kebajikan dengan kebatilan.
ü Tari
Belibis : Tari ini diilhami
oleh cerita Angling Dharma yang merupakan seorang Raja
ü Tari
Cendrawasih : Tarian ini menggambarkan
sekelompok burung burung cendrawasih yang berterbangan menikmati alam bebas
ü Tari
Ciwa Nataraja : Ciwa Nataraja adalah
manifestasi Siwa sebagai penari tertinggi
ü Tari
Condong : Tarian ini merupakan
tarian klasik Bali yang memiliki perbendaharaan gerak yang komplek yang
menggambarkan seorang abdi Raja
ü Tari
Gabor
ü Tari
Genjek : Tari Genjek salah
satu jenis kesenian tradisional yang sampai saat ini masih berkembang di
Karangasem
ü Tari
Gopala : Tari Ini
menggambarkan tingkah laku sekelompok penggembala Sapi di suatu ladang
ü Tari
Jauk
ü Tari
Kecak : Tarian ini
menggambarkan kisah Ramayana saat barisan kera membantu Rama melawan Rahwana
ü Tari
Kupu-Kupu : Tarian ini menggambarkan
ketentraman sekelompok kupu-kupu
ü Tari
Legong Lasem : Tarian ini menceritakan Keinginan
Raja Lasem untuk meminang Rangkesari, putri Kerajaan Daha
ü Tari
Manuk Rawa : Tarian ini bercerita
tentang burung yang mencari makan.
ü Tari
Margapati : Tarian ini
menggambarkan seorang pemuda yang sangat gagah berani dan pantang menyerah, dan
dilukiskan sebagai raja binatang
ü Tari
Pendet : Tari ini merupakan
tarian penyambut kedatangan tamu.
ü Tari
Puspanjali
ü Tari
Rejang : Tarian ini
merupakan tarian sakral sebagai pelengkap upacara keagamaan Agama Hindu di Bali
ü Tari
Trunajaya : Tarian ini melukiskan
gerak-gerik seorang pemuda yang menginjak dewasa dan sangat emosional
ü Tari
Wiranata : Tari ini
menggambarkan kisah seorang perwira kerajaan
ü Tari
Wirayuda : Tari ini menggambarkan
ketangkasan olah senjata para prajurit dalam menghadapi peperangan.
Musik
tradisional Bali memiliki kesamaan dengan musik tradisional di daerah lainnya
di Indonesia misalnya penggunaan Gambelan namun yang membedakannya terdapat ke
khasan dalam teknik memainkan dan gubahannya.
Seni
Ukiran di bali sangat banyak jenisnya mulai dari ukiran di rumah tradisional
bali, seni ukiran patung, seni ukiran kayu dan masih banyak lagi yang lainnya
Seni
Arsitektur di Bali dapat dilihat dari Rumah, Meraja atau Pura yang ada di Bali
yang memiliki nilai indah yang sangat tinggi karena terdapat banyak ukiran yang
menghiasi bangunan tradisonal.
2.2 Wujud Kebudayaan di Bali
Menurut Koentjaraningrat
wujud dari kebudayaan itu ada tiga meliputi :
1. Sistem
budaya (cultura system). Pada tahap ini wujud kebudayaan bersifat abstrak
karena berkaitan dengan ide-ide (gagasan), nilai-nilai, dan norma-norma yang
mengikat pada masyarakat pendukungnya.
2. Sistem
sosial, yaitu keseluruhan aktivitas dan tindakan manusia yang berpola dalam
masyarakat pendukungnya. Aktivitas sosial dapat diperinci dalam tahap-tahap.
Tahap pertamanya diperinci dalam berbagai kompleks sosial, kemudian tiap
kompleks sosial diperinci lagi ke dalam pola-pola sosial. Tiap pola sosial dapat diperinci lagi dalam tindakan-tindakan.
3. Kebudayaan
fisik. Pada tingkat ini wujud kebudayaan bersifat konkret karena berkaitan
dengan aktivitas manusia yang berupa benda-benda konkret yang tidak hanya dapat
dilihat, tetapi juga dapat diraba dan dirasakan. Wujud kebudayaan digambarkan
dengan lingkaran konsentris Lingkaran paling dalam adalah sistem budaya.
Lingkaran tengah adalah sistem sosial dan lingkaran luar adalah kebudayaan
fisik. Adapun isi kebudayaan yang terdiri atas tujuh unsur itu membagi ketiga
wujud kebudayaan dalam tujuh sektor.
2.3 Aspek-aspek yang berubah dalam kebudayaan
Bali
Kebudayaan memiliki
sifat yang dinamis inilah yang
menyebabkan terus terjadinya perubahan dari kebudayaan yang diciptakan oleh
manusia. Dari pertama kebudayaan itu muncul sampai sekrang pasti akan mengalami
perubahan yang disebabkan oleh pengaruh-pengaruh yang dapat atau hal-hal lain
yang dapat menyebabkan kebudayaan itu berubah.
Disetiap daerah
kebudayaan itu pasti akan mengalami perkembangan atau perubahan ini juga
terjadi pada kebudayaan yang ada di bali. Kebudayaan bali awal dengan yang
sekarang tentulah sangat berbeda karena kebudayaan itu selalu mengalami
perkembangan ataupun perubahan, aspek-aspek yang cepat sekali mengalami
perubahan dalam kebudayaan adalah hasil dari kebudayaan itu sendiri karena
hasil dari kebudayaan ini mudah sekali terkena pengaruh dan selalu mengikuti
perkembangan zaman misalnya Pura ulun danu batur berbeda dengan Pura ulun danu
Beratan, perbedaannya terletak pada pura ulun danu batur mengalami akulturasi
dari cina sehingga pada bangunan pura terdapat bangunan seperti bangunan
orang-orang cina pada umumnya. Contoh lain pada umumnya rumah tradisional orang
bali itu sangat luas, namun karena kena pengaruh bangunan tipe minimalis rumah
tradisional bali sulit ditemukan, tidak hanya rumah, bangunan merajan yang ada
dikota dengan yang ada di desa memiliki sedikit perbedaan, perbedaannya
terletak pada merajan yang ada di kota jarang memiliki piyasan.
2.4 Penyebab
berubahnya aspek dalam kebudayaan Bali
Perubahan kebudayaan
yang terjadi dalam suatu bangsa tidak luput dari faktor-faktor yang
mempengaruhi. Menurut Soerjono Soekanto faktor-faktor tersebut terbagi menjadi
dua yaitu faktor intern dan faktor ekstern.
Faktor Intern merupakan faktor yang
berasal dari masyarakat itu sendiri yang menyebabkan perubahan kebudayaan, yang
diantaranya :
1. Perubahan
Penduduk
2. Adanya
penemuan Baru atau Invention
3. Konflik
yang terjadi di dalam masyarakat
4. Revolusi
Faktor
Ekstern merupakan faktor yang berasal dari luar masyarakat melalui interaksi
sosial yang mendorong terjadinya suatu perubahan kebudayaan, yang diantaranya :
1. Peperangan
2. Perubahan
Alam
3. Pengaruh
Budaya Lain seperti penyebaran kebudayaan (Difusi) misalnya terjadinya
penyebaran budaya baru oleh wisatawan yang datang ke Bali. Pembaharuan antar
budaya yang masih terlihat masing-masing sifat khasnya (Akulturasi)
BAB III
PENUTUP
3.1
Kesimpulan
Kebudayaan
sangat erat hubungannya dengan masyarakat. Melville J. Herskovits dan Bronislaw
Malinowski mengemukakan bahwa segala sesuatu yang terdapat dalam masyarakat ditentukan
oleh kebudayaan yang dimiliki oleh masyarakat itu sendiri. Istilah untuk
pendapat itu adalah Cultural-Determinism. Herskovits memandang kebudayaan
sebagai sesuatu yang turun temurun dari satu generasi ke generasi yang lain,
yang kemudian disebut sebagai superorganic. Kebudayaan sangat erat
hubungannya dengan masyarakat. Melville J. Herskovits dan Bronislaw Malinowski
mengemukakan bahwa segala sesuatu yang terdapat dalam masyarakat ditentukan
oleh kebudayaan yang dimiliki oleh masyarakat itu sendiri. Istilah untuk
pendapat itu adalah Cultural-Determinism. Herskovits memandang kebudayaan
sebagai sesuatu yang turun temurun dari satu generasi ke generasi yang lain,
yang kemudian disebut sebagai superorganic. Menurut Koentjaraningrat wujud
dari kebudayaan itu ada tiga yaitu sistem budaya, sistem sosial dan kebudayaan
fisik. Perubahan kebudayaan yang terjadi dalam suatu bangsa tidak luput dari
faktor-faktor yang mempengaruhi. Menurut Soerjono Soekanto faktor-faktor
tersebut terbagi menjadi dua yaitu faktor intern dan faktor ekstern yaitu
Invation, difusi dan Akulturasi.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar